RSS

petrichor


Tumpukkan buku yang saya letakkan di meja plastik berwarna ungu itu. di bawah pohon mangga siang-siang pukul dua. Kala itu kemarau panjang baru menyapa. Duduk di sana sampai sore. Membaca, mengerjakan soal, lalu sesekali membuang mata ke arah jalan raya. Mengamati para pengayuh becak. Mereka ikhlas menerima hidup mereka, seperti bayi-bayi mungil yang tak pernah menggugat Tuhan karena terlahir dari rahim wanita yang salah, yang sebagian diantaranya sesekali ditemukan orang dalam suatu tempat kotor bernama tong sampah. Dibuang ibunya sendiri. Karena itu mereka bilang Tuhan tidaklah pengasih? Ah, saya tak punya alasan untuk lancang mendikte Tuhan tidak adil.

Saya merindukan masa lalu. Rindu gegap-gempita menyambut ujian nasional SMP. Rindu secangkir teh panas yang selalu menemani saya mengintip hujan. Rindu menyetel lagu-lagu Westlife di CD player lalu membilang dalam hati satu persatu mimpi yang harus saya raih. Rindu diri saya yang selalu rajin belajar, tak peduli musim. Rindu bercakap-cakap dengan aneka bunga di halaman rumah selepas dicumbu hujan, berbincang tentang hari esok, tentang mimpi, tentang sederas apa saya harus berlari. Rindu hidup yang sederhana, tanpa keluh dan gerutu.



Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaarghhhhhh..

Tuhan.. saya lelah.. saya ingin pulang dan membaui aroma tanah yang ditimpa hujan. Seperti hari-hari ketika angin dan dedaunan masih berkawan baik.



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment