RSS

petang di stasiun lempuyangan

Dia menyampirkan ransel besarku di bahunya. Menggamit tanganku lekat-lekat seperti tak ingin aku kembali ke Jakarta. Ini semua memang terlalu singkat, terlalu cepat. Waktu seperti tak pernah cukup untuk kita habiskan bersama. Dan decitan suara kereta yang beradu dengan rel-rel karatan makin lama makin jelas terdengar.Dia memelukku dan tubuhku mendadak kaku. Wangi parfum menyeruak dari tubuhnya. Dan aku tak pernah digeluti debaran seperti ini, debaran aneh di rongga dada yang menyerap habis seluruh darah dan energi. Aku merasakan perasaan yang ganjil, yang tidak kupahami, seperti berat untuk berpisah, seperti perasaan sayang berlebihan yang belum pernah hadir sebelumnya dan sulit untuk kujelaskan. 

Dalam ruang-ruang memoriku, tergambar kaki-kaki kecil yang mengayuh lincah pedal sepeda, terngiang tawa-tawa renyah bersama tumpukan komik yang berhamburan di meja, teringat akan tugas-tugas sekolah yang selalu kita selesaikan diselingi canda dan cerita kelakar. Aku mendadak merasakan bagaimana pedihnya memendam rasa cinta dalam sebuah hubungan yang dilabeli persahabatan, rasa cinta yang tak pernah hilang meski dia paksakan, tujuh tahun lamanya.

Di stasiun Lempuyangan petang itu sebagian hatiku menginginkan agar aku tak kembali pulang. Aku ingin waktu berhenti, atau kereta terlambat datang, atau kereta tak usah datang sama sekali. Aku hanya ingin lebih lama dalam peluknya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment