Mungkin tak mengapa jika saya sebut ini rindu. Rindu pada
ruang kecil tempat saya habiskan sebagian waktu untuk bercakap dengan diri
sendiri. Ruang yang sepi dari furniture.
Ruang penyimpan mimpi. di sana, sebuah ranjang tua diletakkan menempel ke
dinding, tempat saya baringkan raga yang lelah. Sebuah meja belajar berada di
sisi yang lain, di laci meja itu saya simpan koleksi komik saya, juga sebuah
album foto pemberian seorang sahabat, hadiah untuk ulang tahun saya yang
keempat belas. di sebelah tempat tidur
ada lemari kecil, rak paling bawahnya saya pakai untuk menyimpan buku-buku
pelajaran sekolah yang memang tidak begitu banyak.
Saya rindu ruang itu. sebuah ruang yang saya sebut kamar
pribadi. Di belakang pintunya saya tempelkan tulisan-tulisan penuh mimpi, dan
mimpi-mimpi itulah yang membuat saya selalu bersemangat berangkat ke sekolah.
Di ruang itu saya belajar siang dan malam, di ruang itu saya memahami arti menjadi
orang dewasa, di ruang itu saya simpan semua rasa cinta dan kebanggaan saya.
sebuah tempat kecil, seadanya, tapi membuat nyaman.
Lalu kini saya hanya bisa mengenang. Saat-saat saya
mengerjakan tugas fisika di kamar mungil itu. saat saya menyalin catatan bahasa
Inggris. Saat saya mengobrol dengan para sahabat. Saat saya selalu mencurahkan
isi hati dalam buku harian bergembok. Saat saya merasa dunia ini terlalu indah,
dan kita tidak punya banyak waktu untuk sekedar bersedih hati.
Kini tersadar, bahwa saya terlalu banyak menyimpan rindu. Pada
hal-hal yang mungkin saja tak perlu. Pada ini-itu. Pada masa lalu yang telah
banyak menjadi abu.
0 comments:
Post a Comment