Tak tahu kenapa perasaan ini selalu datang tiba-tiba tanpa
pernah saya undang. Suatu perasaan takut. Takut kehilangan. Rasa takut yang
tidak beralasan sebenarnya. Ia tidak sampai menyesakkan tentu, tapi cukuplah
membuat saya merasa terganggu. Merasa tak enak. Rasanya seperti -entahlah-
seperti ada yang tidak beres dengan sistem pencernaan. Seperti pankreas yang
ogah-ogahan menghasilkan amilase, tripsin dan lipase sehingga organ tubuh
lainnya ikut-ikutan merasakan semua ketidaknormalan. Ah, bertele-tele kau nak!!
*abaikan*
Saya takut. Saya takut jika satu persatu kakak-kakak saya beranjak
menyongsong hidup baru mereka: menikah. Terdengar bodoh? Iya, saya memang
selalu bodoh. Tapi saya merasa begitu, merasa takut. Ketakutan akan banyak hal
tentu saja. Takut kehilangan yang paling utama. Disusul dengan
ketakutan-ketakutan lainnya yang tetap saja tidak beralasan. Atau seringnya
alasan itu saya buat-buat sendiri untuk sekedar meningkatkan volume kegalauan
di hati saya. bodohnya!
Dunia mereka setelah menikah, tentu saja akan jauh berbeda.
Sudah ada yang mereka prioritaskan. Keluarga yang baru. bisa saja segalanya
masih tetap sama. bisa saja masih tetap ada acara menanyakan kabar dan bertukar
cerita. Bisa saja masih ada saling menasehati dan memberi semangat. Tapi selalu
saja ada kemungkinan hal yang sebaliknya.
Di belakang mereka ada para istri, ada anak-anak yang
sama-sama butuh untuk diperhatikan. Dan saya sadar pada akhirnya kakak-kakak
saya tidak lagi menjadi milik saya sepenuhnya. Mereka milik istri-istri mereka,
anak-anak mereka. Kelak, saya akan kehilangan sebagian perhatian yang dulunya
hanya tercurahkan sepenuhnya pada saya. dan saya teramat takut jika benar-benar
kehilangan mereka. Saya takut kehilangan sosok yang selalu membuat saya merasa
terlindungi. Yang selalu membela saya, yang selalu menguatkan saya di saat-saat
sulit yang saya lewati. Yang selalu ada dan menunjukkan kepedulian mereka untuk
membuat saya tegar dan bersemangat.
Saya terlalu takut
untuk sekedar kehilangan semua kehangatan yang kita punya. Takut merasa sepi. Sebab nantinya semua tak akan lagi sama,
masing-masing dari mereka beranjak satu-persatu, merangkak menyongsong hidupnya
sendiri-sendiri secara mandiri, menyulam kehidupan dalam bingkai yang baru,
bingkai pernikahan. Dan saya? entahlah.. Saya selalu takut menjadi dewasa
(untuk tidak dibilang tua) meski kelak akan tiba pula masanya bagi saya. pasti!
0 comments:
Post a Comment