Entah sejak kapan saya mulai
begini..
Melewatkan pagi dengan meringkuk
di sisi tempat tidur di saat orang-orang berpacu, bergerak, berangkat menjemput
hari baru dan mimpi-mimpi.
Entah sejak kapan pagi tak lagi
menggetarkan.
Maka shalat subuh hanyalah ritual,
tak lagi jadi kebutuhan. Selepasnya saya akan mematikan lampu kembali dan
memulai ronde kedua tidur panjang.
Entah sejak kapan hati saya
menjadi begitu kosong.
Embusan harapan hanya terpatri di
kertas-kertas notes, ikut menguap bersama dengkuran para buruh pabrik.
Entah sejak kapan saya mulai bisa
realistis.
Tanpa pernah saya renungkan bahwa
realistis dekat sekali dengan pesimistis. Begitulah yang Bang Andrea Hirata
bilang.
Entah sejak kapan bara saya
perlahan meredup.
Membiarkan orang lain
mengintervensi pilihan-pilihan hidup yang harusnya menjadi hak perogatif diri
sendiri.
Entah sejak kapan saya berlatih
mengasingkan diri.
Pun pada spasi demi spasi
tulisan ini, saya begitu pintar bersembunyi..
0 comments:
Post a Comment