RSS

Republik Kacang Kedelai



Siang ini, di sela-sela entri data kuesioner di kantor, saya mengambil jeda sejenak dan mengunjungi situs-situs seperti yahoo, detik dan kompas. Saya suka berita. Terlebih politik dan ekonomi. Mungkin ini satu dari sedikit hal-hal waras yang bisa saya lakukan semenjak hidup saya mendadak jadi statis beberapa tahun belakangan.

Tahukah kalian pada Tuan Beiyeh? Seorang bapak-bapak tegap yang selalu memasang wibawa setinggi langit, pemimpin di suatu negeri bernama Republik Kacang Kedelai. Akhir-akhir ini saya suka kasihan melihat wajahnya, meskipun hanya lewat foto. Tuan ini seperti tengah berjuang menutup lubang yang sudah dia gali dalam-dalam. Dan dia kelelahan. Tampak sekali gurat letih meski sesekali ia memaksakan senyum ketika bertemu dengan para petinggi dari negeri orang-orang berkulit pucat. Saya memantaunya. Iba pada awalnya, tapi disusul rasa geli yang tak dapat ditahan-tahan. Dia ternyata lebih lucu dari Sule.

Sebuah partai asuhan Tuan Beiyeh tak kalah menggelikan. Sungguh tak pernah terpikirkan sebelumnya oleh saya bahwa di dunia ini begitu banyak orang yang pandai melucu. Mereka lihai membuat orang tertawa dengan cara mempermalukan diri mereka sendiri. Bagi saya ini namanya bakat. Aih, Republik Kacang Kedelai memang sedang sangat lucu-lucunya. Pengacara berwajah kotak yang lucu, anak Tuan Beiyeh yang lucu bernama Kibas, Menteri Olahraga berkumis lebat yang lucu, Anus Urbanrural yang lucu karena senang digantung di Monas, sampai dengan penyanyi lagu ‘begadang’ yang gemar mempertontonkan kebodohannya. Tuh kan.. banyak sekali orang-orang yang lucu..

Sebagai seorang warga di Republik Kacang Kedelai ini, saya tak dapat berbuat banyak. Saya pun tak paham bagaimana cara menghentikan semua kelucuan ini. Saya sudah terlalu banyak dibuat kecewa. Kecewa pada janji-janji palsu, kecewa pada sistem yang tidak terintegrasi, kecewa pada keberpihakan, kecewa pada ketidakadilan. Lalu satu mulut yang saya punya ini, sudah terlalu banyak menggerutu dan mencaci-maki. Bersyukur rasanya hanya punya satu mulut. Sebab jika saya punya –katakanlah- sepuluh mulut saja, maka sudah dipastikan kesepuluh mulut itu akan melakukan aktivitas yang sama: mengumpat. Dan saya tak mau memproduksi dosa lebih banyak lagi. Saya lelah.

Saya lelah, tapi saya tahu Tuan Beiyeh lebih lelah dari saya. lelah hidup dalam ketakutan dan ketidaknyamanan. Lelah memastikan hidupnya akan baik-baik saja selepas menggantung jabatannya sebagai pemimpin republik lucu ini. Kasian sekali tuan tinggi kekar itu. dikhianati kroni-kroninya. Partai yang dia dirikan hampir bangkrut. Bangkrut tahtanya, bangkrut kepercayaannya pula. Banyak tikus-tikus peliharaannya yang bernasib di ujung tanduk. Hampir mati bukan karena perangkap yang dipasang, tapi justru karena saling menikam satu sama lain. Yang satu berkicau membuka borok yang lain. Begitu seterusnya. Mungkin semua akan berakhir sampai dengan terbukanya borok si Tuan Beiyeh itu sendiri. Dan itulah yang saya harapkan. Yang bangsa Republik Kacang Kedelai harapkan. Meski kita tak pernah tahu kapan itu terjadi.

Syahdan, ketika membaca lagi berita tentang kepergian Mister Hugo Chaves, seorang presiden dari tempat nun jauh di Amerika Latin sana, hati saya perih. Saya tak kenal bapak setengah baya ini. tak benar-benar mengenalnya. Saya hanya mengetahui sosok bersahaja itu dari buku-buku yang saya baca ketika usia saya masih belasan. Tapi saya tahu apa yang telah bapak itu lakukan untuk negerinya, untuk rakyatnya. Berdesir hati saya melihat sekilas di televisi, betapa banyak orang-orang yang menangis melepas kepergian pemimpinnya. Pemimpin yang dicintai rakyatnya.

Sungguh, jauh sekali berbeda dengan pemimpin di Republik Kacang Kedelai. Oleh negara kapitalis ia dipuja-puji. Wajarlah, ia gemar menjilat pantat mereka. Tapi di negeri sendiri, di negeri yang ia pimpin, ia kenyang akan serapah. Miris. Hanya terminologi itu yang dapat saya pakai untuk memblender semua perasaan perih yang tak terbahasakan.

Semoga 2014 nanti, Republik Kacang Kedelai merangkak membenahi diri di bawah koor pemimpin yang dicintai, dihormati, dijunjung akhlak dan pengabdian luhurnya. Pemimpin yang kita semua dambakan, pemimpin yang kita semua nanti-nantikan..

Semoga..


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment