Saya percaya akan ada perempuan
yang mampu menghadapi kamu. Dan itu bukan saya. Maafkan jika setelah empat
tahun berjuang, saya akhirnya kelelahan dan memilih menyerah. Kamu baik, sangat
baik. Kamu menggores cerita-cerita bahagia yang akan saya kenang dengan senyum
ceria di hari depan nanti. Tapi maafkan jika bukan kamu yang akhirnya saya
pilih untuk merumahkan hati. Kita terlalu berbeda. Perbedaan yang membuat saya seringkali
harus menumpahkan tangis.
Lagipula, mengapa kita bisa
bertahan sejauh ini hanya untuk mengucap selamat tinggal pada akhirnya? Sering
saya merikues pada Tuhan untuk menjodohkan saya denganmu saja. Tapi Tuhan
membuka mata saya dan memberi jawab atas setiap pertanyaan. Bahwa langkah kita
harus terhenti di sini. Bahwa kita punya perbedaan yang tidak bisa didamaikan.
Saya tahu tidak mudah mencintai
seseorang yang keras kepala dan banyak menuntut seperti saya. Tapi kamu bisa.
Itu rekor bagimu. Saya tidak pernah mau kalah dalam segala hal. Dan kamu,
selalu berperan sebagai kakak yang baik, mengalah untuk meredam pertengkaran.
Saya kira kini kamupun telah sampai pada titik jenuh, kegerahan dengan semua
kelakuan buruk saya.
Barangkali jodoh kita sudah
berakhir. Tak banyak yang bisa saya ucapkan selain dua kata memuakkan: maaf dan
terimakasih. Maaf karena saya selalu merepotkan. Dan terimakasih karena kamu
sudah menggores warna baru di kehidupan saya, warna yang lebih indah dari
sekedar hitam dan abu-abu. Kamu berhak atas cinta yang baik, cinta yang tentu
saja bukan saya.
Sepertinya dengan berjauhan, kita
akan dengan mudah saling merelakan.
0 comments:
Post a Comment