PINDAH. Apa sih yang ada di
pikiran orang-orang begitu pertama kali denger kata pindah? Sedih karena betapa
sulitnya melepaskan diri dari kenangan, dari rutinitas yang bikin kita malas
keluar dari kotak rasa aman, dan tentu saja betapa berat harus meninggalkan
orang-orang yang sudah terlanjur bercokol di dalam hati, orang-orang yang kita
sebut sebagai anugerah dari Tuhan. Lalu gembira karena akan menemukan suasana
baru, lingkungan baru yang diharapkan jauh lebih menyenangkan, atau lebih jauh
lagi, gembira karena akan memulai hidup baru dengan memberikan
sebanyak-banyaknya pengabdian kepada negara. Iya gak sih?
Kini, saya akan menjalani sesuatu
yang menjadi kata pembuka dari tulisan ini. Pindah. Saya kira saya akan kuat.
Saya kira saya akan dengan ceria mengemasi semua barang-barang lalu berkata ‘selamat
tinggal, Jakarta. Begitu saja. Semudah itu. Tapi ternyata saya gak kuaaaaat!!
Oh, Jakarta. Kamu sering bikin saya ngomel-ngomel karena banjir, karena macet,
karena banyak preman dan pengamen nyebelin. Tapi kok tiba-tiba saya disergap
rasa haru gini ya? Bagemanapun juga, kamu sudah kasih begitu banyak hal buat saya.
Segala pelajaran berharga tentang hidup, tentang penemuan cinta, tentang kasih
keluarga, tentang ketulusan persahabatan, dan yang terpenting: tentang
pencarian jati diri.
Ahhh. Saya melo. Setiap potongan
barang yang saya masukkan ke kotak kardus adalah sejarah. Sejarah hidup saya.
Boneka-boneka sapi pemberian pacar dan sahabat, miniatur menara eiffel yang
berputar mengalunkan musik klasik, foto-foto bersama teman kuliah, jam weker, printer
yang suka keabisan napas pas jaman saya skripsi, kesemuanya itu pernah
menyemarakkan kamar kos sempit ini. Menjadi saksi bisu saat saya belajar sampai
jauh malam, saat saya nangis-nangis karena dapet nilai jelek, saat saya bengong
gak tau mo makan apa, saat saya rindu dan berbunga-bunga, saat saya tersungkur
dan patah hati. Huhu..
Mulai hari ini, semua barang-barang
harus saya kemas rapi. Saya bereskan sedikit demi sedikit sampai nanti tidak ada
lagi yang bersisa terkecuali satu: kenangan.
0 comments:
Post a Comment