Di doa ibuku, namaku disebut
Di doa ibu kudengar, ada namaku disebut
Di doa ibu kudengar, ada namaku disebut
…
…
Sekitar pukul sebelas siang di
bandara, seorang anak kecil yang saya prediksi berusia tak lebih dari dua tahun
sedang dibimbing ibunya menyanyikan lagu ini. Saya yang sedang terkantuk-kantuk
seperti disiram dengan seember air es. Sebenarnya lagu ini biasa saja, bagian
reffnya hanya mengulang-ulang kalimat yang sama, hanya saja nadanya kadang
dibuat sedikit lebih tinggi untuk memainkan perasaan orang yang mendengarnya.
Sebutlah saya, yang gampang mewek jika mendengarkan lagu sedih.
Maka tiba-tiba saja gambar mama
terlintas, menyisakan rasa sesak yang tidak bisa saya redam. Teringat saat
kemarin saya pulang ke rumah, mama masih saja melayani saya selayaknya anak
kecil. Membuatkan air hangat untuk saya mandi, menyiapkan sarapan, mencuci
tumpukan baju kotor saya. Padahal harusnya saya yang melakukan semua itu untuk
mama. Harusnya saya yang mencuci bajunya, membuatkannya sarapan, memijit
bahunya yang kelelahan. Sebagai anak, saya selalu merasa gagal untuk
membahagiakan orangtua. Sekeras apapun saya berusaha membalas kebaikan mereka,
pada akhirnya saya tetaplah anak yang mengecewakan, yang tampak tak meyakinkan
untuk mengurus dirinya sendiri, apalagi harus mengurus dua orang tua sekaligus.
Ah.. mama.. Makasih karena selalu
membuka seluas-luasnya ruang maaf untuk saya tempati. Makasih untuk tidak
pernah merasa jenuh memberikan yang terbaik bagi keluarga. Dan maafkan jika
hanya mampu memberikan sedikit dari yang saya punya setiap bulannya.
Saya sadar bahwa sejauh apapun saya
berkelana, semegah apapun tempat-tempat yang pernah saya datangi, hanya pelukan
mama lah satu-satunya tempat paling menyamankan di dunia ini.
So, Happy Mother’s Day, Ma.. I
love you unconditionally..
0 comments:
Post a Comment