Nama saya Mawar. Lengkapnya,
Mawar Berduri Menusuk Hati. Saya lahir di sebuah pulau paling horor di negeri
ini. Sebuah tempat yang asing didengar oleh mayoritas masyarakat Indonesia
modern. Katakanlah begitu. Saat ini saya bekerja di sebuah instansi abal-abal,
tempat segala sumpah-serapah masyarakat marginal dialamatkan. Sungguh saya
benar-benar kegerahan. Terlebih lagi, kelakuan para pegawai di kantor tersebut
membuat saya selalu memanjatkan doa kecil, semoga Israfil segera meniupkan
terompet panjangnya.
Saya tak bisa mengelak bahwa
dalam hidup, akan selalu ada orang-orang dengan hati penuh iri-dengki, serta
mulut yang penuh caci maki. Jika saja saya diperbolehkan mengintip ke dalam
buku diari Tuhan, saya ingin melihat alasan apa yang menjadi dasar pertimbangan-Nya
mengirimkan saya ke mari. Apakah ini hukuman atas dosa-dosa masa lalu saya?
Ataukah jika ini ujian kenaikan kelas, kenapa bisa demikian beratnya? Saya
pasti tidak akan lulus. Dua kali remedial sekalipun.
Nama saya Mawar. Sudah lama saya
terbiasa hidup dalam situasi nyaman, penuh semangat kekeluargaan dan rasa
saling menghargai. Saya tidak terlatih untuk berada dalam lingkungan dengan
orang-orang yang saling menjatuhkan. Tapi, ah tidak! Roda kehidupan sedang
berputar ke arah yang tidak mengenakkan. Menggiring saya ke hadapan
manusia-manusia berhati culas dengan seribu jenis belati yang siap menusuk saya
di bagian tubuh manapun. Dan sialnya, saya justru kaku dalam kepasrahan.
Membatu.
Saya benci berada di sini, di
tengah-tengah manusia keji. Alih-alih melawan, saya justru mendiamkan. Kenapa?
Saya bingung dengan diri saya sendiri. Saya merasa kerdil untuk bersuara.
Sekalipun saya tahu saya tak salah.
Tuhan.. Saya tidak pernah
berkehendak untuk ada di sini, maka bolehkah saya berlari tanpa harus kembali?
0 comments:
Post a Comment