RSS

Hasta La Victoria Siempre!


Seorang kawan pernah bertanya, apa sih yang hendak saya bagikan dan abdikan buat tempat ini? Dan jawaban saya: tak ada.

Dulu, duluuuu sekali ketika semangat saya masihlah mercon di malam pergantian tahun, saya punya banyak mimpi untuk tempat ini. Tentang angan-angan saya, dan apa-apa saja yang harus saya baktikan demi kemajuan tanah kelahiran saya. Ambisius. Tak kenal kompromi. Tak mau ditawar-tawar.

Kini, melihat ke dalam diri yang tak lebih dari kacung sistem pemerintahan bobrok, saya mulai pesimis. Sebut saya apa saja, tak masalah. Cerca saya dengan umpatan apa saja, saya tak peduli. Saya telah menjelma si apatis yang masa bodoh soal perubahan.

Saya bukan lagi Elvira di masa SMA yang bergairah karena termakan semangat Gie dalam buku catatan  harian Soe Hok Gie. Saya tak lagi dirasuki kekuatan Che Guevara, Fidel Castro, atau orang-orang hebat manapun yang menjadi kiblat saya dalam melakukan pembenahan dan perubahan. Saya adalah saya, yang tak lagi mengerti akan dirinya sendiri.

Kadangkala hati kecil saya berharap, akan ada seseorang yang datang mengembalikan saya menjadi diri saya yang kemarin. Tapi lagi, saya tahu semua itu tak ubahnya dongeng pengantar tidur.


Sejak hari dimana saya memutuskan mengubur semua mimpi, entah mengapa setiap pagi saya terbangun dengan rasa sakit yang bertambah satu. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment