RSS

Melihat Ambon dari Balik Jendela Kamar


Melihat Ambon dari balik jendela kamar.
Terik membakar, menusuk sampai ke bawah jaringan kulit.
Rumah2 dengan atap seng karatan, berdesak2an saling sikut tidak karuan.
Pohon2 tanpa nama menjulang acuh tak acuh.
Para kuli bangunan menyeka peluh, melanjutkan pekerjaan mereka yang entah apa.
Lalu saya, hanyalah satu noktah tak penting dari seluruh tatanan ini.

Ambon..
Saya ingat kalau ayah-ibu saya lahir dan merangkak di sini.
Saya ingat betapa saya pernah meninggalkan kota kecil ini dgn linangan tangis, untuk pergi belajar bagaimana mengendalikan rindu.
Dan sungguh sebobrok apapun tempat ini, saya tak punya alasan untuk tak cinta.

Saya tahu Ambon telah begitu jauh ditinggalkan zaman.
Saya tahu penduduk di sini tak lebih dari orang2 udik, sok tahu, miskin.
Saya tahu betapa lebarnya jarak antara kota ini dan kemajuan.
Tapi perlukah alasan kenapa harus cinta?

Ambon yang saya tau tetaplah manis.
Semanis senyum anak2 pesisir yang tak culas hatinya.
Semanis kebiasaan penduduknya menikmati teh di sore hari bersama keluarga.
Dan indah..
Ia selalu indah..
Indah karena Tuhan melukisnya dengan warna biru yang tumpah ruah.
Warna biru yang menjelma laut,
Warna biru yang juga saya lihat pada bola matamu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment