Hai.. Tak banyak yang berubah dari saat-saat kamu memutuskan
untuk tak lagi menjadi bagian dari keseharianku. Aku masih begini saja,
masihlah seseorang yang rutin membeli komik, rutin memasukkan lagu-lagu MLTR
dalam playlist karaoke, pun rutin dengan kebiasaan buruk menyisakan makanan di
piring. Kamu tahu? Aku tadinya berpikir untuk membencimu saja. Untuk
berpura-pura lupa bahwa kita pernah begitu dekat selayaknya sepasang saudara.
Tapi kurasa tak perlu. Membenci, sama halnya seperti mencangkul, sungguh
membutuhkan tenaga yang tak sedikit, dan aku tak mau berlelah-lelah karenanya.
Maka demi itu kuputuskan untuk melenyapkan saja memori tentangmu. Tentang
hari-hari seru kita di belakang. Tentang hal-hal menarik yang tak ingin lagi
kusebutkan panjang lebar karena tentu akan semakin berat buatku mencoba
melupakan.
Aku tak ingin menanyakan keadaanmu, kabarmu, atau apa-apa
saja yang terjadi selama beberapa tahun terakhir sejak kita tak lagi saling
mempedulikan. Sungguh apapun terkait dirimu tak lagi sepenting dahulu. Tak ada
kewajiban untuk berkabar, dan tak ada keharusan untuk menghibur siapa yang
sedang dirundung masalah. Kita bukan lagi kita. Kamu adalah kamu, pun aku
adalah tetaplah aku. Jika kelak kamu datang dan menawarkan kembali sebuah
pertemanan, aku selalu menyiapkan jawaban ini: TIDAK. Aku sudah cukup bahagia
semenjak kamu tak lagi ada. Aku tetap mampu mengatur ritme langkah, tetap kuat
untuk berlari, meski kini kamu tak ada untuk memberi semangat dengan kalimat
konyol berbusa-busa. Tapi sungguh aku baik-baik saja. Bahkan hidupku jauh lebih
baik, jauh lebih baik selepas kita menjadi orang asing.
Maka tolong jangan datang lagi
dan menanyakan kabarku. Kamu telah memutuskan berbelok ke kiri, maka biarlah
aku tetap lurus memacu sepedaku ke depan. Catatlah ini dengan baik dalam
kepalamu, bahwa belajar untuk tak saling mengenal adalah mata pelajaran
favoritku.
0 comments:
Post a Comment