Ada orang-orang tertentu yang ditakdirkan untuk muncul dalam
kehidupan kita, mungkin hanya sekejap waktu, namun siapa sangka setelahnya
mereka justru meninggalkan kesan yang amat dalam. Kesan tak terlupa yang akan
selalu kita bawa sampai tua nanti.
Adalah dia, yang meninggalkan kesan manis tersebut.
Bagaimana caranya menatap, bagaimana caranya menyebut nama saya, seperti apa
aroma parfum yang menempel di jaketnya, irama langkah kakinya, atau
kebiasaannya menggulung lengan kemeja. Detail-detail ringan yang dulunya tak
pernah sedalam itu mengganggu pikiran. Namun entah mengapa setelah dia tak lagi ada, saya baru merasakan lubang
besar yang menganga di hati.
Saya tahu apapun yang harusnya menjadi milik kita, akan
diatur oleh jagat raya untuk kembali pada kita entah dengan cara apa. Namun
nyatanya, kita dipisahkan di persimpangan. Meski sekeras hati kita paksakan
untuk tetap saling menjaga, takdir yang telah digariskan di atas kepala selalu
memilih jalannya sendiri.
Tak mengapa. Paling tidak, dia telah mencipta banyak
kenangan berkesan. Dia telah berjasa menghapus kesedihan. Dia telah membersamai
banyak perjalanan. Dan dia pula yang mendewasakan saya. Membuat saya ingin
selalu memperbaiki diri dari hari ke hari. Dia mengubah saya, mengubah cara
saya berpikir, membuat saya bukan lagi saya yang kemarin.
Tahun-tahun benarlah telah berganti. Banyak orang yang
datang, singgah sebentar lalu pergi lagi dari hidup saya. Tak ada yang
permanen, Satu-satunya hal yang bertahan lama hanyalah kenangan. Kenangan
bersama dia yang selalu berputar-putar di kepala ketika saya membuka jendela
kamar di minggu pagi. Kadangkala senyumnya memantul-mantul di gumpalan awan,
kadang pula bunyi tawanya terselip diantara suara angin. Lalu setelahnya, saya
kembali dibuat sadar bahwa masa lalu diciptakan hanya untuk tinggal di
belakang. Ia tak perlu kita kubur atau lupakan. Cukuplah untuk diingat-ingat,
diingat dan dikenangkan, hingga usia yang akan membuat kita lupa dengan
sendirinya. Bukankah sesimpel itu saja?