Juli kala itu
Tuesday, July 31, 2018 |
Labels:
Stupidity
Bisakah kumemutar Juli kala itu? Ketika kabut tipis turun menggores langit. Kamu berdiri di atas undakan tanah basah, mengamati kejauhan yang entah apa. Lalu aku, dalam diam mengamatimu lekat penuh tanya. Kita hanyalah dua manusia yang saling mengenal tanpa pernah berkenalan lewat jabat tangan. Namun aku lebih dari cukup untuk membaca seluruh angkasamu. Aku mengerti rasa cemasmu. Sama seperti aku mengerti garis-garis pada sidik jemariku.
Lupakan sedihmu, kemarilah! Biar kupeluk kau hingga mentar menyibak awan gelap.
Read User's Comments0
Mengenang
Sunday, July 22, 2018 |
Labels:
Stupidity
Apa lg hal yg lebih pedih daripada mengenang?
Gerimis dan bau tanah basah.
Senja dan airmata.
Dekapan.
Perasaan takut kehilangan.
Jemari yang terlepas dari genggaman.
Saat kamu berbalik menyisakan kosong.
Dan aku hampa.
Melanjutkan hidup yang entah untuk apa.
Memaksa Lupa
Saturday, July 21, 2018 |
Labels:
Elvy Deeply
Dari ketinggian seribu meter di atas kota bandung, aku melihat sebentuk wajah dalam hamparan awan2 putih. Aku melihat cahaya yg terbias dr ujung langit, persis seperti pendar cahaya dr sorot mata teduhmu. Segala ketidakwarasan yg kujumpai, kutemui, kusaksikan, selalu memunculkan ingatan demi ingatan. Tentangmu. Tentu.
Aku melihatmu dalam kristal tetesan hujan di kaca jendela mobil. Aku melihatmu dalam senyum gadis2 kecil yg memegang eskrim. Aku mencium wangi serupa tubuhmu di tengah keramaian manusia, lalu dgn gilanya aku mencarimu dlm kemustahilan.
Kosong.
Aku menghirup dalam2 aroma kopiku, membiarkannya memenuhi rongga paru2 hingga sesaat aku bisa lupa. Pd bunyi tawamu, pd caramu menatapku dgn lekat, pd setiap inci dr dirimu yg selalu menghadirkan perasaan rindu.
Bodohnya.
Aku terlalu memaksakan diri utk segera lupa. Dan justru itulah bagian yg paling membuatku tersiksa..
Ingatan
Friday, July 13, 2018 |
Labels:
Elvy Deeply
Kadang yg lo rindukan itu bukan tempatnya, tapi kenangannya. Saat lo pertama kali belajar naik sepeda dan lo jatoh lalu lutut lo berdarah. Saat lo udah selesai kelas tapi masih harus nungguin abang lo di depan kelasnya biar kalian bisa pulang sekolah bareng. Atau saat lo jatuh cinta, dan cinta itu berbalas dg amat manis berbunga2. Sejujurnya yg plg kita rindukan bukanlah tempat, melainkan peretelan kenangan yg hanya terjadi sekali sj seumur hidup.
Pagi yang Menghangat di Tahun Itu
Thursday, July 05, 2018 |
Labels:
Home and Family
Pagi yang menghangat di tahun itu. musim hujan belum mulai
mengetuk. Aku berdiri dengan ransel di pelataran bandara menanti jemputan. Di
sana, seseorang bergerak ke arahku, menyalamiku dengan dingin lalu menyebut
sepotong nama yang belum pernah kudengar sebelumnya. Di perjalanan, dia tak
banyak bicara kecuali jika kutanya. Singkat. Acuh tak acuh. Mengesalkan. Hanya
itu yang dapat aku gambarkan. Setelahnya, aku tak pernah tahu jika perempuan
ini nantinya akan menjadi pusat dari tata suryaku. Dialah inti. Medan magnet
yang selalu menarikku untuk pulang padanya. Cinta telah menyeretku dengan
caranya yang paling tidak masuk akal. Dan anehnya, aku justru menyukai setiap
permainan dan kejutan manis yang ia bawa..
Pagi yang berbeda di beberapa tahun setelahnya. Aku
melihatnya berbalut gaun keperakan, warna yang persis sama dengan apa yang
kukenakan. Dia tersenyum dalam bingkai lipstik merah muda yang elegan sekaligus
manis tak terperi. Aku menghampirinya, mengusap lembut kepalanya sebab aku
telah berjanji di hadapan Tuhan untuk selalu memperlakukannya dengan baik. Aku
tak pernah tahu bagaimana aku bisa ada di sini, atau bagaimana bisa hatiku
ditautkan dengan hatinya sedang kita adalah dua kutub yang sama sekali berbeda.
Yang aku tahu dan yakini, Tuhan telah mempercayakan aku
untuk menjaga sepotong hati dengan penuh kehati-hatian. Hati yang mudah rapuh
sehingga harus selalu aku lindungi. Hati yang juga amat lembut yang selalu
memberiku limpahan cinta dan rasa bahagia.
Alhamdulillah, hari itu dia mau menjemputku. Dan giliran
hari ini, aku yang datang menjemputnya.
Subscribe to:
Posts (Atom)