RSS

Persahabatan Ketika Dewasa

Banyak hal yang berubah ketika mendewasa. Makna persahabatan bukan lagi harus kumpul bersama setiap weekend lalu mengobrol menertawakan hal-hal random, tapi hanya sebatas tahu sama tahu kabar terkini masing-masing. Persahabatan bukan lagi mengerjakan PR bersama atau makan bakso pinggir jalan sepulang sekolah, tapi lebih kepada hubungan tanpa pertemuan intens namun saling mengkhawatirkan dan mendoakan satu sama lain dari jauh.

Dewasa adalah memprioritaskan keluarga di atas hal-hal lainnya yang juga kita anggap penting. Pertemuan-pertemuan yang terabaikan, janji-janji yang tertunda, pesan-pesan yang lupa dibalas, telepon yang berdering tanpa sempat dijawab. Banyak hal yang pada akhirnya kita korbankan. Kabar gembiranya, kita lebih banyak menaruh maklum, mengecilkan prasangka, dan tidak lagi seberapi-api dulu waktu masih remaja. Lebih tenang, kalem, minim ego. Lagi-lagi karena kita telah mendewasa. Mungkin tak pantas lagi untuk marah pada hal-hal receh atau ngambek pada persoalan remeh-temeh. Anehnya, hal-hal yang demikian tak mengecilkan makna persahabatan sama sekali. Ketika ada waktu untuk bersua, segalanya terasa masih sehangat dulu, senyaman dulu, semenyenangkan dulu. Perasaan masih sama, hanya saja kondisi yang sudah banyak berubah.

Benarlah bahwa sahabat adalah keluarga yang kita pilih. Tanpa ikatan darah namun kerapkali mereka mau berlelah-lelah, bersusah-payah, mengupayakan banyak hal untuk mendukung dan memberikan bantuan. Beruntungnya jika di usia kita yang sudah kepala 3 ini masih ada segelintir orang-orang yang bisa teramat kita percaya untuk membagi kisah dan bisa diandalkan ketika kita butuh.

Alhamdulillah

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ada Peluang

Dulu waktu kelas 1 SMA, gw masuk OSIS bareng @dhymawaddah. Trus pas pertama kali rapat OSIS gw liat kaka kelas cowo (anak kls 3) yg kharismatik banget. Pinter ngomong. Krn gw kalo ngmg belibet, otak mo blg apa, mulut jdnya apa, jd gw suka sm org yg pinter ngomong. Dan kaka kelas ini sama temen2nya suka dipanggil 'prof'. Sejak saat itu gw ngefans sm kaka ini. Ngefans ya, bukan crush gt. Gw kagum karena, 1 Dia pinter, 2 Rambutnya bagus. Jadi kalo hari jumat di skolah kan suka ada senam pagi2. Gw anaknya benci senam jd gw ngumpet di kolong meja kelas biar g ktauan guru. Di situ gw ngintip2 ke jendela liatin si kaka ini. Kalo senam rambutnya yg lurus banget itu goyang2 kaya lucu aja. Wkwk goblok ya. Belasan tahun kemudian gw temenan sm kaka ini di facebook. Dan gw blg, kak, dulu gw ngefans sm lo. Sejak saat itu dia jd baik bgt sm gw. Suka komenin status fb gw yg updatenya cm setaon sekali itu. Dia juga suka ngucapin ultah gt walopun gw g melakukan hal yg sama krn kan gw bukan anak facebook ya. Yah intinya gw sm idola gw jaman SMA aja bisa temenan. Jd ada peluang dong skrg gw bisa temenan sm angga yunanda 😁..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Alasan Sekolah Lagi

 

Kadang, sekolah dipilih untuk melarikan diri dari rutinitas kerja yang menjemukan.

Kadang, sekolah dipilih untuk memperbaiki jenjang karir dan meningkatkan penghasilan.

Kadang, sekolah hanya untuk ikut-ikutan teman.

Kadang, sekolah hanya agar dapat gelar berentetan.

Kadang, sekolah memang benar-benar untuk meningkatkan keilmuan.

Kadang, sesuatu dilakukan tanpa perlu ada alasan.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Hati yang Baru

Sore itu tak seperti biasanya. Ada hujan mengalir di pipinya. Tepat setelah dia tahu bahwa seseorang yang pernah begitu lekat di hati telah berjanji di hadapan Tuhan untuk membahagiakan hati yang lain. Hati yang tentu saja bukan hatinya.

Sore itu bagi orang lain seperti sore yang sudah-sudah. Matahari turun dan air laut mulai pasang. Tapi semua terasa berbeda baginya. Sejak ia tahu bahwa perasaan teramat mudah untuk berganti. Cinta menyerah pada luka. Sedih bergandeng erat dengan rasa perih.

Sore itu yang pecah adalah serapah. Sore itu yang resah adalah amarah.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Stabil capek, gak stabil pusing

 

Desember lalu ketika menulis surat cuti untuk libur akhir tahun, saya baru sadar bahwa sudah 7 tahun lamanya saya bekerja di tempat ini. Dengan bonus setahun magang di kantor pusat, berarti sudah 8 tahun saya mengabdi meski saya sendiri masih bingung dengan makna pengabdian itu sendiri. Saya bekerja hanya untuk uang, tidak ada ekspektasi apa-apa. Karena itu jika ada yang bisa membayar lebih untuk pekerjaan rebahan, tentu saya memilih rebahan saja di kasur lalu digaji tinggi. Persetan soal mengabdi pada negeri.

Untuk jangka waktu yang cukup lama itu, perlahan saya mulai sadar bahwa Tuhan menjawab doa saya dengan amat misterius namun indah. Saya tidak ingin menguraikan rasa syukur karena telah melihat banyak orang yang lebih menderita dibanding saya. Sebab katanya, bersyukur setelah membandingkan keadaan kita dengan keadaan orang lain yang jauh lebih menyedihkan itu jahat. Karena itu saya rasanya seperti ditampar oleh malaikat supaya saya sadar bahwa pekerjaan ini telah memberikan saya kecukupan hingga saya bisa sepenuhnya mengamalkan peribahasa yang dulu saya pelajari di SD. Bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.

Maka ketika menengok ke belakang, saya mengerti sejauh mana saya telah berjalan. Dari seorang bocah bau matahari yang sibuk menimbang ubi kayu di pedalaman desa nun jauh di Maluku Tenggara sana demi mendapatkan angka produktivitas tanaman pangan, kini saya melompat beberapa langkah ke depan lalu dipercayakan memegang tanggung jawab yang lebih besar. Dan tahun ini, saya beruntung karena telah memiliki satu orang staf setelah 2 tahun terseok-seok bekerja seorang diri, dari menyusun publikasi hingga mengepak-ngepak dokumen, dari rapat evaluasi hingga naik motor ke terminal menjemput dokumen dari kabupaten. Kadang merelakan sabtu-minggu untuk bekerja, lalu lupa bahwa saya harus tetap waras dengan nongkrong bersama teman-teman atau sekedar rebahan di sofa membaca komik atau novel kesukaan.

Dasarnya manusia, saya kadang merasa jenuh juga. Dan 3 hari long-weekend ini saya habiskan hanya untuk rebahan. Scrolling twitter dan socmed lainnya sampe puyeng sendiri. Saya bersyukur untuk hidup stabil yang sudah Tuhan kasih. Tapi entah kenapa di titik ini saya lagi gak pengen ngapa-ngapain. Gak pengen ketemu orang. Gak pengen ngobrol sama siapa-siapa. Gak pengen ngelakuin hal-hal produktif apapun. Saya kenapa sih?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Hidup Tanpa Satu Sama Lain


Hal yg pernah kita takutkan adalah tak lagi saling menyapa, hilang rasa. Kita takut utk tak lagi bersama, takut tak bisa hidup tanpa satu sama lain. Nyatanya hari ini datang utk mengenalkan wajah baru masa depan. Yg hanya ada kamu saja. Atau aku saja. Bukan kita.

Katamu mencintai tak pernah punya alasan. Perempuan tinggi, langsing, berwajah lucu, bersuara merdu, dan belasan kriteria yg kamu tulis di belakang buku catatan geografi SMA itu rupa2nya tak satupun melekat padaku. Aku dingin, keras, tak tertebak. Dalam kereta menuju UI tempo itu, kamu tatap aku dgn senyum paling memabukkan. Senyum yg memaksaku utk terus tinggal di sisimu, tak peduli jika Jakarta akan tenggelam besok pagi. Aku bukan kriteria pujaanmu. Tapi katamu waktu itu, cinta memang begitu. Aneh. Ganjil. Tak terpola. Jadi kita jalani saja.

Enam tahun terbang bagai layangan putus. Kini, apa kabarmu? Jemari hangatmu. Aku rindu. Wajahmu ketika sedang kesal, masih aku hafal. Tak banyak memori yg aku hapus tentang kita. Aku menyimpannya, lekat dan rapat. Aku bahkan masih mengenangmu diam2 di setiap tanggal 3, atau di setiap gerimis yg turun saat petang, atau di setiap air laut yg surut, atau mungkin di setiap aku tak sengaja mendengar org lain menyebut kata 'kenang'. Aku mengenangmu di antara rasa syukur dan penyesalan yg saling beradu. Mengenangmu dalam rahasia yg hanya aku, setan dan malaikat yg tahu. Meski aku paham betul di belakang kita telah ada orglain yg hatinya sedang kita genggam.

Mgkn kini kamu sedang merengkuh kekasihmu dlm cinta yg lebih membara dari yg dulu kita rasa. Tak mengapa sebab akupun telah menemukan jalan pulang yg selama ini aku cari. Aku mengenangmu bukan karena tak bahagia, tapi aku justru merasa bahagia krn kita mampu utk hidup tanpa satu sama lain. Tanpa ada lagi rasa sakit yg membekas. Tanpa ketakutan2 akan kehilangan yg tak beralasan..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Drama Login

Beberapa hari ini di saat hasrat ingin nulis di blog sedang membara banget, eh terjadi drama yang bikin ogut kagak bisa login. Udah coba segala kombinasi password tapi kok kaga mempan. coba sana coba sini, mana akun email yang dipake daftarin blog udah koid pula. Gemanah kagak nangis awak?
Tapi karena saya emang basicnya ber-IQ tinggi, ehe ehe, maka pasca 48 jam balik lagi dong ni akun. Girang banget. Tar sore potong tumpeng ah.

Lamaa banget gak aktif karena kerjaan udah kaya eeq. Pulang kantor mandiin taneman, beres-beres rumah, masak, ngerjain tugas kuliah, endebra endebre. Kram otak asliiii. Kemarenan pergi maen sama temen-temen lewat atas JMP naik motor, liatin pemandangan, poto-poto, udah hepi banget berasa baru keluar goa gitu loh.




Ga sabar nunggu drama pervirusan cepet kelar, biar dunia kembali pulih. Saya mao maen yang agak jauhan dikit.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS