Dan hidup, memang tak pernah berjalan mulus seperti wajah artis korea.
Maka mengeluh adalah keniscayaan. Adalah ritual harian setelah merasa
kalah oleh pekerjaan. Adalah nyanyian kering yang diselingi dengan
caci-maki. Adalah pelampiasan dari hasrat mengaitkan leher pada seutas
tali lalu menggantungnya di pohon jambu. Jadi, bagaimana bisa Tuhan
menunjuk saya untuk memainkan peran dengan skenario sekompleks ini?
Barangkali jawabannya hanya satu: karena saya lebih kuat daripada yang
saya tahu..
Subscribe to:
Posts (Atom)