Saya sudah siap di depan komputer
sejak lepas magrib. Tapi tak ada satupun dari sekian banyak kata yang dapat
saya pilih untuk memulai tulisan ini. Saya bisa saja menulis apapun. Romansa
langit sore, resolusi tahun baru, kisah cinta selebriti, anak menteri, angka
kemiskinan, inflasi, gubernur DKI Jakarta, atau apa saja yang saya mau. Tapi
saya kini buntu.
Di tivi, masih saja heboh soal
Angelina Sondakh, soal hambalang yang menyeret nama Alifian Mallarangeng, soal
century yang selalu dikait-kaitkan dengan wapres kita, Boediono. Ada juga soal
Abu Rizal Bakrie, dan yang menggelikan tentu saja Rhoma Irama, keduanya
berkoar-koar mencalonkan diri sebagai presiden di 2014. Mereka, orang-orang
yang menurut saya tidak punya kompetensi. Tapi yah, siapa saja boleh jadi
presiden kok. Penyanyi dangdut sekalipun. *goyang duluuu*
Menapak tilas perpolitikan di
Indonesia seperti membaca dongeng negeri sihir. Maka apapun bisa terjadi jika
kamu punya tongkat sihir. Well,
politisi di negeri ini adalah penyihir-penyihir sakti. Dan hukum yang berlaku
adalah serupa sapu terbang yang bisa kamu tunggangi sesuka-suka hatimu. Maka
jangan heran jika penjahat narkoba bisa mendapatkan grasi, koruptor bisa creambath dan meni-pedi dengan nyaman di
dalam penjara ber-AC, dan seorang nenek-nenek pencuri piring bisa diberi
hukuman yang sangat WOW dan tidak setimpal. Sekali lagi, apapun bisa terjadi
dengan mantra abrakadabra!
Jangan pernah tanyakan soal
keadilan. Sebentar lagi kata itu akan terhapus dari kamus-kamus bahasa
Indonesia. Politik, di zaman apapun ia hidup, ia akan selalu menjadi barang
kotor. Melihat negeri sendiri yang carut-marut seperti ini selalu menimbulkan
perasaan yang kontradiktif. Kita mungkin akan tertawa geli sekaligus menangis
meratapi.
Hal mengherankan lainnya adalah
wacana seorang penjahat yang pernah memimpin negeri ini selama lebih dari tiga
dekade akan diangkat menjadi pahlawan nasional. Siapa yang tidak gemas? Lalu
ada pula para pelajar songong yang hobi tawuran dan mendefinisikan kekerenan
dengan banyaknya batang rokok yang dihisap. Tidak kalah ajaib adalah aparat kita
yang seperti terkena penyakit gila: memperkosa, mengkonsumsi narkoba, juga
mencuri beha. Gemar benar bangsa kita memproduksi kejahatan dan kekonyolan.
Kita boleh pesimis melihat
keadaan Indonesia, tapi jangan menutup mata karena masih ada orang-orang yang
dengan sepenuh hati menorehkan prestasi untuk mengukir sepotong kebanggaan bagi
negeri. Kita punya pelajar SD dari Kediri yang menang lomba robotik. Kita punya
mahasiswa-mahasiswa cerdas dari ITB, UI, UGM, IPB yang kini tengah belajar
keras untuk membuat Indonesia tersenyum. Kita punya atlet angkat besi yang
mendapatkan medali di olimpiade london. Kita punya Chris John, kita punya Cinta
Laura yang bercita-cita menjadi sehebat Sri Mulyani. Kita punya banyak
Habibie-habibie muda yang kini tengah sibuk dengan buku-buku tebalnya. Kita
punya petugas cleaning service yang
jujur dan santun. Kita masih punya orang-orang bersih dan baik yang –hanya
saja- jarang dijamah oleh media. Berita tentang kebobrokan jauh lebih komersil.
Saya telah bertemu dengan banyak
orang yang acuh tak acuh terhadap politik. Tapi saya tak bisa begitu. Kita
hidup dalam sebuah negara, pastilah politik menjadi suatu barang konsumsi. Kita
boleh abstain dan masa bodoh, tapi dengan begitu justru kita akan lebih mudah dibodohi
oleh mereka yang lebih tahu. Karena itu saya suka politik, meski hanya sebagai
pengamatnya saja. Saya percaya dengan melek politik, dengan selalu memantau
perkembangan para pemimpin dan wakil rakyat, kita mengerti kemana dan bagaimana
uang-uang yang kita gelontorkan dari membayar pajak itu tersalurkan.
Ah, saya lelah bercerita.
Agar terkesan ilmiah seperti
halnya tugas akhir, biar saya simpulkan dan beri saran. Kesimpulan: saya sotoy. Saran: jangan kebanyakan nonton tivi. Hehe..
Bagaimanapun cacatnya negara ini,
mari pelan-pelan kita perbaiki dengan menorehkan prestasi. Dengan belajar dari
masa lalu dan bekerja keras untuk masa depan. Karena seperti dua kata dari Dahlan
Iskan tentang Indonesia: Pasti maju!
0 comments:
Post a Comment