RSS

abstract noun, adjective or verb?


Jatuh cinta itu seperti perasaan gembira saat pertama kali belajar naik sepeda. seperti bermain perosotan, seperti riangnya seorang anak kampung mendapat surprise kue tart bertabur coklat di hari ulang tahunnya. Seperti rasa senang saat takbir berkumandang dan tak tahu bagaimana cara mengekspresikannya selain menghitung putaran jarum jam, menunggu pagi datang untuk memakai baju baru dan berangkat shalat ied. Jatuh cinta itu seperti kembang api yang memecah langit menyambut pergantian tahun, dan setiap orang sibuk merangkai doa kecilnya di dalam hati.

Jatuh cinta adalah kemewahan, seperti sajian penutup makan malam dari restoran italia, seperti gaun cantik di hari pernikahan putri raja, seperti nyanyian yang diperdengarkan dari surga, seperti gelap yang menggulung senja, menghapus jingganya dan menyajikan warna berkerlip di mega bernama angkasa. maka siapapun yang jatuh cinta akan mendefinisikan hidup dengan cara yang sangat subjektif, mereka terkadang menjadi begitu egois, oportunis, skeptis, namun tak disangkal mereka seringnya berubah jadi puitis.

Adalah saya, yang merasakan gilanya jatuh cinta itu. Mengintip laki-laki yang saya taksir diam-diam, mencari tahu apa saja kesukaannya, menatap punggungnya dari kejauhan, memperhatikan setiap detail yang ada pada dirinya, menikmati setiap detik yang berlalu ketika dia berbicara satu-dua kalimat kepada saya, atau entah kenapa saya yang membenci semua cabang olahraga justru menjadi yang paling bersemangat untuk menonton pertandingan basketnya. Saya tak punya alasan mengapa saya melakukan itu semua, atau mengapa tiba-tiba saya begitu takut ketika kedua pasang mata kita saling beradu. Saya takut, takut kalau-kalau orang itu bisa membaca semua perasaan yang saya simpan lekat-lekat di dalam hati. Ya, jatuh cinta membuat saya merasa jadi pengecut, tapi saya justru bahagia atas perasaan itu.

Saya tak punya kata-kata lebih untuk menjelaskan bahwa jatuh cinta adalah perasaan paling indah di dunia. Ia membuat manusia paling logis sekalipun bisa mendadak jadi tak rasional. Membuat saya rajin belajar, membuat saya mengerjakan segala hal selalu dengan sepenuh hati, membuat ocehan guru di kelas tak ubahnya musik klasik yang menenangkan pikiran, membuat saya ingin tersenyum pada setiap orang yang saya temui, membuat saya sekaligus harus menahan perasaan sakit karena orang yang saya sukai tak pernah mengetahui tentang semua yang saya pendam. Cinta memang absurd, tak pernah bisa saya nalar. maka daripada saya sibuk mengartikannya sebagai abstract noun ataupun adjective, saya memilih mendefinisikannya sebagai verb, sebagai kata kerja. Dengan begitu cinta akan lebih mudah saya pahami tanpa perlu berkata-kata.


 dan terimakasih untuk yang telah membalas perasaan saya, semoga selalu bisa saya jaga.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

ketika kami masih muda

Karena kita adalah nada yang membuat seisi dunia bersenandung. Karena kita adalah nyanyian yang meramaikan sepinya hidup. Karena kita adalah kesetiaan di saat hari2 mulai berkhianat dan kemunafikan merajai waktu. Karena kita masihlah wajah2 mentari yang sibuk menjadikan diri lebih berarti. Karena kita pemilik istana ceria, cukup membukakan pintu dan mendapati jutaan tawa. Karena kita tak pernah saling melepas tangan, bahkan tetap menggenggam di saat jarak membanggakan keangkuhannya. Karena kita para petualang, tak lelah menantang badai meski kadang harus terhempas. Karena kita percaya pada janji. Karena kita bahagia dibuai mimpi.
Karena kita adalah dhyan, elvhy, irma, ummul, wahda. Melodi2 manis yang terlantunkan untuk menghangatkan hati. Kita masih nada2 indah, takkan berubah, meski mungkin suatu saat kan kita jumpai dunia yang tanpa lagu. Kita akan tetap berkarya, dimanapun bumi yang kita pijak, kemanapun angin menyeret langkah2 kita untuk beranjak dari tempat ini, kita tetap saling mengenang dalam jiwa2 yang tak pernah kosong. Kita kaya akan cinta. Karena kita dhyan, elvhy, irma, ummul, wahda. Selamanya begitu…

...
...

siang ini begitu membuka file-file lama di lepipepy elpripy angelippy, gambar gadis-gadis terlambat puber menari-nari di pikiran saya. siapa? iya, itu saya dan kawan-kawan saya. menyenangkan rasanya menghabiskan waktu istirahat dengan bermain kejar-kejaran, atau untuk menyelesaikan PR bersama, memancing, bersepeda, dan hal-hal sederhana lainnya yang saat ini terasa begitu sayang untuk dilupakan. hitungan tahun bersama mereka, cukuplah membuat saya paham kalau karakter manusia adalah sesuatu yang begitu kompleks, dan Tuhan dengan begitu gagahnya melekatkan setiap karakter yang berbeda-beda dalam diri tiap manusia. apa tujuannya? supaya kita belajar. itu jawaban simpelnya. belajar banyak hal tentu saja. untuk menghargai, mengerti, menyayangi, dan apalah itu. saya tak cukup cerdas untuk menjelaskannya.


Kembali lagi soal mereka, soal kami, perlu begitu banyak kata untuk menguraikan tentang kebersamaan. *trus ngapain lu bahas ini, phy?* hahaa, entahlah.. saya hanya punya satu kata bernama rindu. saya percaya, dalam hidup ini kita hanya diberi satu kesempatan untuk menemukan kawan sejati, dan itu 'mereka', saya telah menemukannya. maka kemanapun tempat yang saya tuju, dengan siapapun saya bertemu dan berinteraksi, saya selalu merasa tak ada yang bisa menjadi seperti mereka. orang-orang yang padanya saya percayakan semua cerita saya, masalah saya, apapun yang rasanya begitu sulit saya bagi kepada orang lain saat ini.

dan meskipun kini kebersamaan kami hanyalah menjadi bagian dari masa lalu karena masing-masing dari kami telah menempuh jalan hidupnya sendiri-sendiri, saya yakin Tuhan punya alasan mengapa hal itu bisa terjadi. dan saya bahagia karena merekalah yang menemani saya mendandani masa  saya beranjak dewasa. tak perlu saya ucapkan terimakasih, because in friendship no sorry, no thanks. hahahhahha ;D

...
miss them all so bad :'(

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

benarkah namamu Rudi?

Benarkah namamu Rudi? Oke, saya cukup menyebutmu Rudi saja bukan? Ah, Rudi.. kata-katamu menggelitik sudut-sudut otak saya, membuat saya ummm *bagaimana saya harus mengatakannya?* sedikit haru (saya akui) membayangkan seorang bocah sepertimu masih mampu berbicara soal mimpi, soal masa depan.

Keseharianmu adalah di jalanan bukan? Iya, Rudi, tak perlu kau menjawabnya karena itu hanyalah sebuah kalimat retorika. Usiamu bolehlah baru setengah dari usia saya, tapi tak perlu ada yang meyakinkan saya bahwa hidup telah mengajarimu lebih banyak dari yang sudah hidup ajarkan kepada saya. Saya tahu sekali itu.

Maka hidupmu dan peralatan semirmu adalah dua hal yang ironis bagi saya. Kenapa? Karena kau tahu, Rudi? Di provinsi saya, di kota kelahiran saya itu, tak pernah saya temui satupun anak sepertimu. Menyemir sepatu, mengamen, mengasong, itu hal yang ganjil bagi penduduk kami. Semua anak bersekolah, menghabiskan sore dengan bersepeda atau berenang di pantai. Mereka bermain petak umpet, sepak bola, sebagian yang lain sibuk dengan playstation-nya. Dapatkah kau bayangkan, Rudi? Seharusnya kau marah pada mereka yang berjas safari itu! Mengapa mereka tak memeliharamu dengan baik?

Rudi, kau tahu? Wajahmu terlalu lucu untuk mencicipi kerasnya hidup di jalanan, menyaksikan kejadian ‘horor’ di stasiun, dipalak preman, melihat orang yang menodongkan senjata tajam ke orang lain. Jika saja saya bisa membaca pikiran kanak-kanakmu, saya ingin tahu seperti apa kau memaknai hidupmu. Benarkah hatimu telah lama memilih untuk berdamai dengan keadaan? Bagaimana bisa kau belajar melakukan apa yang selama bertahun-tahun tak pernah bisa saya lakukan? Ah, Rudi.. wajah polosmu bercerita banyak hal bahwa kehidupan sama sekali tak berpihak padamu. Kau, kotak semir sepatumu, dan kemiskinan adalah sahabat karib, sudah seperti saudara sekandung yang kau bawa sejak lahir. Tapi kenapa bisa-bisanya kau tak sedikitpun mengeluhkannya?

Saya kagum padamu, Rudi. Tak perlu kau mengerutkan dahi karena kau memang patut dikagumi. Saya belajar sesuatu darimu tentang kesederhanaan, tentang cita-cita yang harus selalu dijadikan bekal untuk setiap perjalanan, tak peduli sekeras apapun hidup memperlakukanmu. Kau bilang cita-citamu ingin menjadi satpam, supaya bisa bekerja mengenakan sepatu. Ah, Rudi, dada saya sesak mengetahui hal itu. Waktu umur saya sama persis denganmu, cita-cita saya teramat tinggi, sungguh teramat tinggi dan tidak realistis jika saya pikirkan kembali. Saya ingin jadi astronot, Rud. Kau tahu tidak apa itu astronot? Astronot itu orang pintar, Rud. Mereka bisa pergi ke luar angkasa, meneliti benda-benda langit seperti bulan yang setiap malam sering kita pandangi itu. Hebat bukan? Tapi cita-citamu cukup menjadi satpam saja, agar kau bisa bekerja memakai sepatu. Sesederhanakah itu, Rudi?

kalau di jalanan terus, bisa-bisa saya tidak punya masa depan. Siapa yang mengajarimu mengucapkan kalimat secerdas itu? Benarkah itu terlahir dari dalam hatimu? Rudi, kau berhak memperoleh hidup yang lebih baik jika saja mereka yang duduk di kursi empuk itu kelakuannya tidak seperti monyet yang baru pernah melihat pisang.  Rencana pembangunan gedung baru, anggaran pulsa untuk komunikasi, studi banding ke luar negeri, mereka semua tak ada yang benar-benar memikirkanmu, memikirkan nasib kawan-kawanmu. Jadi tak perlulah kau harapkan janji-janji mereka, cukup percaya saja pada peralatan semirmu. Percaya bahwa Tuhan di manapun Dia berada pasti akan mendengarkan doa-doamu. Percaya bahwa kekuatan mimpimu akan membawamu menjadi apa yang kau inginkan. Cukuplah peralatan semirmu, cita-citamu dan juga Tuhanmu yang takkan pernah mengkhianatimu. Kau tinggal mempercayainya saja, Rudi. Seperti saya yang selalu percaya bahwa Tuhan adalah mutlak Maha Adil. Kau juga kan?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ya, itu saya!

Hey, kamu!
iya, kamu, siapa lagi?
masihkah kamu bertanya?

iya, itu memang saya!
itu saya yang introvert.
saya yang tertutup.
saya yang tak mudah percaya pada orang lain.
saya yang selalu curiga.
saya yang menutup diri.
lalu kenapa???

kamu tinggal menjauhi saya.
dengan begitu segalanya cukup, bukan??

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

goedanavond

Detik-detik menuju hari baru..
Hening!
Jika boleh kubungkus hening ini dengan lagu sendu,
Aku ingin memetik gitarku di malam ini.
Bersenandung untuk merayu malam
Mengulur waktu agar jejaknya tak lekas ia hapus.

Aku ingin bernyanyi
Mencipta melodi
Menghapus sejuta warna warni
Kuingin segala menjelma kelam
Hingga hanya ada aku dan gitarku
Juga ini, lagu sendu ini..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS