RSS

Hidup Tanpa Satu Sama Lain


Hal yg pernah kita takutkan adalah tak lagi saling menyapa, hilang rasa. Kita takut utk tak lagi bersama, takut tak bisa hidup tanpa satu sama lain. Nyatanya hari ini datang utk mengenalkan wajah baru masa depan. Yg hanya ada kamu saja. Atau aku saja. Bukan kita.

Katamu mencintai tak pernah punya alasan. Perempuan tinggi, langsing, berwajah lucu, bersuara merdu, dan belasan kriteria yg kamu tulis di belakang buku catatan geografi SMA itu rupa2nya tak satupun melekat padaku. Aku dingin, keras, tak tertebak. Dalam kereta menuju UI tempo itu, kamu tatap aku dgn senyum paling memabukkan. Senyum yg memaksaku utk terus tinggal di sisimu, tak peduli jika Jakarta akan tenggelam besok pagi. Aku bukan kriteria pujaanmu. Tapi katamu waktu itu, cinta memang begitu. Aneh. Ganjil. Tak terpola. Jadi kita jalani saja.

Enam tahun terbang bagai layangan putus. Kini, apa kabarmu? Jemari hangatmu. Aku rindu. Wajahmu ketika sedang kesal, masih aku hafal. Tak banyak memori yg aku hapus tentang kita. Aku menyimpannya, lekat dan rapat. Aku bahkan masih mengenangmu diam2 di setiap tanggal 3, atau di setiap gerimis yg turun saat petang, atau di setiap air laut yg surut, atau mungkin di setiap aku tak sengaja mendengar org lain menyebut kata 'kenang'. Aku mengenangmu di antara rasa syukur dan penyesalan yg saling beradu. Mengenangmu dalam rahasia yg hanya aku, setan dan malaikat yg tahu. Meski aku paham betul di belakang kita telah ada orglain yg hatinya sedang kita genggam.

Mgkn kini kamu sedang merengkuh kekasihmu dlm cinta yg lebih membara dari yg dulu kita rasa. Tak mengapa sebab akupun telah menemukan jalan pulang yg selama ini aku cari. Aku mengenangmu bukan karena tak bahagia, tapi aku justru merasa bahagia krn kita mampu utk hidup tanpa satu sama lain. Tanpa ada lagi rasa sakit yg membekas. Tanpa ketakutan2 akan kehilangan yg tak beralasan..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS