RSS

Warna-warni Ramadhan

selamat datang bulan suci Ramadhan^^

Ramadhan pertama yang saya lewatkan di perantauan.

aih, jadi kangen suasana rumah..

saya kangen disuruh mama buat beli seabreg-abrek susu, terigu, gula, syrup ABC, a-i-u..

kangen hiruk pikuk tetangga dari ujung ke ujung sibuk mengecat rumah dan pagar-pagar mereka.

kangen disuruh mama mengganti seprei-seprei, gorden dan taplak meja.

kangen taraweh bersama teman-teman dari masjid yang ini ke masjid yang itu.

kangen duduk di meja makan bersama semua anggota keluarga menunggu adzan maghrib bersahut-sahutan.

kangen telat sahur bareng-bareng sama kakak, makan terburu-buru kaya orang kesetanan.

kangen ditanyain sama mama, "mo dimasakin apa hari ini?"

kangen sorak sorai, "es pisang ijo ajaaa", "pisang epe ajaaa", "pisang asaaaaar"..

lalu sambil ngakak mama bilang, "pisang coe aja deeeehh"

kangen dikatain monyet sama mama waktu saya bilang, "pokonya selama 30 hari berturut-turut saya cuma pengen makan pisang goreng keju"

kangen bikin es buah setiap sore, lalu untuk mama dan papa es buahnya minus es alias gak boleh dingin!

kangen papa yang bilang, "ternyata avocado itu enak yaa", sambil cengengesan karena ternyata selama berpuluh tahun papa gak pernah makan avocad gara-gara "jijik" sama wujudnya. haha

kangen ramadhan, kangen setumpuk gelas-gelas kotor yang menanti saya di wastafel untuk segera dicuci selepas shalat maghrib.

...
...
...

dan ramadhan kali ini, terasa berbeda dari ramadhan yang sudah-sudah.. tak mengapa, yang paling penting adalah bagaimana saya menyikapinya. mau meratapi atau mensyukuri apa yang sudah digariskan..

Alhamdulillah ya Rabb.. terima kasih Engkau telah mempertemukan saya kembali dengan bulan penuh kemuliaan ini. semoga Engkau berkenan menerima setiap ibadah saya, dan semoga setiap kesalahan saya yang telah lalu mendapat pengampunan dari-Mu..

aamiin..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kalosorisma Hyemali

Semalam, sudah larut ketika saya membaca buku Reporter and the City lalu mengkhatamkannya. Menarik menilik kehidupan di balik layar kamera, tentang perjuangan seorang jurnalis demi mendapatkan sekecil apapun informasi untuk disebarkan kepada khalayak ramai. Entah itu bencana alam, perang, penyakit, juga masalah-masalah sosial dan politik lainnya. Saya cuma punya satu kata untuk mereka: KEREN.

Pagi ini saya terbangun dengan perasaan yang sesak. Sesak karena bayang-bayang reporter masih bercokol hebat dalam pikiran saya. Sesak yang pada akhirnya menimbulkan rasa iri. Tuhan, apakah saya boleh iri pada mereka yang tercapai cita-citanya? Mereka yang sejak kecil melantunkan impian-impiannya untuk menjadi reporter, presenter berita, lalu Engkau memeluk mimpi-mimpi mereka dan mengejawantahkannya menjadi suatu bentuk kenyataan yang manis? Tuhan, apa pantas saya iri? Bukankah dulu saya juga punya mimpi yang sama? Saya tak minta banyak kan, Tuhan? Saya hanya minta supaya kelak di masa depan saya akan mendapati diri saya menjadi seorang reporter. Mengunjungi tempat-tempat yang jauh, melaporkan berbagai peristiwa-peristiwa penting. Bukankah itu mulia, Tuhan? Tapi rupanya mimpi saya tak direngkuh oleh-Mu. Apakah karena saya terlalu banyak dosa? Ah, Tuhan.. andai saya bisa menelusuri apa yang Kau rencanakan untuk saya. Tapi Engkau terlalu misterius. Ah, maafkan saya, Tuhan, saya tak pernah bermaksud menyalahkan Engkau yang sebenarnya sudah teramat baik pada saya.

Terkadang di dalam sendiri saya, sebenarnya saya masih kebingungan memaknai diri saya sendiri. Saya siapa? Untuk apa saya terlahir? Saya merasa seperti tidak punya tempat. Maafkan saya, Tuhan.. saya seperti orang yang tidak bersyukur. Saya tahu saya beruntung karena masa depan gilang-gemilang telah menunggu saya di ujung jalan, pekerjaan sebagai seorang PNS telah memanggil-manggil saya. Tapi jujur, tak ada perasaan gembira yang hinggap di hati saya atas semua itu selain karena saya telah mampu memenuhi harapan ibu saya. Itu saja. Iya, saya ingin jadi reporter, dan ibu ingin saya jadi PNS. Sesuatu yang sama sekali bukan passion saya. Tapi saya bisa apa? Tuhan, mohon kiranya Engkau jangan menatap saya saat ini, saya malu karena demi mengetikkan semua ini saja tangis saya harus terburai. Saya malu pada-Mu, Tuhan, karena saya terlalu cengeng.

Tuhan, apakah saya masih pantas untuk punya cita-cita? Karena rasanya segala hal sudah tidak mungkin bagi saya. Saya kuliah statistik, tapi sebenarnya saya tidak benar-benar memahami apa yang kini tengah saya kerjakan. Saya tidak mengerti apa-apa tentang statistik. Tidak ada kontribusi apa-apa yang bisa saya berikan kepada bangsa ini atas bidang keilmuan yang kini saya geluti. Saya merasa tak berguna karena tak bisa memberikan pada Negara apa yang Negara telah berikan pada saya. Melihat diri saya dari sisi manapun, saya hanyalah manusia yang menyedihkan. Tak lebih.

Di usia saya yang kedua puluh ini, saya merasa sudah banyak waktu yang terbuang. Terbuang karena hidup saya sebenarnya telah termakan oleh kesia-siaan. Mimpi-mimpi saya tak lebih dari mimpi kosong. Jauh di dalam hati kecil saya, saya masih ingin menjadi reporter. Tapi mungkin menjadi reporter adalah satu bentuk keegoisan saya. Egois karena saya pasti akan menyakiti hati ibu saya yang menginginkan saya menjadi PNS. Ya, PNS seperti sebuah kutukan dalam keluarga saya. Kode-kode PNS telah mengalir dalam genetik kami, menjelma dalam bentuk rantai-rantai DNA yang kompleks. Maka dulu ketika murid-murid SD ditanyakan perihal cita-cita mereka satu per satu, saya patutnya menjawab bahwa cita-cita saya adalah apa yang ibu cita-citakan terhadap diri saya. Seharusnya seperti itu saja. Cukup begitu. Saya tak boleh memilih!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

otak si hawking

Izinkan saya mengutip kata-kata Stephen Hawking (fisikawan songong asal Inggris) ,dan biarkan saya mencaci-maki bapak tua ini. Tolong ya jangan ada yang berani menghentikan saya *terdengar suara erangan*. 
“Karena adanya hukum gravitasi, alam semesta bisa dan akan tercipta dengan sendirinya. Penciptaan yang spontan itu adalah alasan mengapa sesuatu itu ada, mengapa alam semesta itu ada, mengapa kita ada. Peristiwa Big Bang yang menjadi awal pembentukan alam semesta tercipta akibat hukum gravitasi dan bukan karena adanya campur tangan Ilahi.”
Apakah sodara-sodara sekalian merasa panas kuping? Saya iya! Dasar bapak sableng, terserah ya anda ingin menulis buku The Grand Design kek, The Pocong Design kek, The Lontong Sayur Design kek, sepintar-pintarnya anda sebagai fisikawan ternyata lebih pintaran saya daripada anda (karena saya percaya Tuhan). Kasian deh lo bapak jelek! Biar sekalian anda hangus di dasar neraka! --> padahal belum tentu juga saya masuk surga (astaghfirullah)..

Simpelnya begini saja, kalau anda mengatakan bahwa alam semesta itu bermula dari ledakan besar bernama big bang yang diakibatkan gaya gravitasi, terus yang menciptakan energi awal sampai bisa terjadi ledakan besar itu siapa? Yang menciptakan gravitasi itu siapa? Yang membuat sesuatu dari tidak ada menjadi ada itu siapa? Isaac Newton yang waktu-kecil-sering-nongkrong-di-bawah-pohon-apel saja jelas-jelas mengakui kalo alam semesta itu tercipta karena adanya campur tangan Tuhan, tidak mungkin alam semesta tercipta dari chaos. Karena semesta ini merupakan sebuah design, maka pastilah ada designer-nya. Dan designer-nya adalah Allah SWT. Itu sudah sangat jelas, Tuan Hawking. Anda tidak perlu mengagung-agungkan teori anda. Tidak perlu mencari-cari pembenaran bahwa Tuhan tidak berperan dalam kasus ini. *jumawa*

Di tahun 1988 Anda dengan lugunya mengatakan bahwa alam semesta ada karena campur tangan Tuhan. Sekarang anda menjilat ludah anda kembali dengan menyanggah teori anda sendiri waktu itu. Terus, besok anda mau bilang apa lagi? Sumpah ya, Anda seorang professor yang sungguh teramat plin-plan.. sebaiknya anda istirahat saja di rumah dan bersenda gurau di ruang keluarga bersama cucu-cucu terkasih..

Thank you very much --> gaya british :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

gosoko keteko ngapo

Saya punya teman, teman sepermainan, ah ah ah.. enggak dink, bukan teman sepermainan. Tapi cuma temen sekelas gitu, ngobrolnya juga jaraaaaaaaaaaaaaaaang sekali. Untuk menjaga nama baik dan citra dari orang yang bersangkutan karena dikhawatirkan suatu saat nanti mungkin temen sekelas saya ini menjadi orang penting dan ternama di Badan Pusat Statistik di suatu tempat di bumi Indonesia ini (kali-kali yaa), maka saya samarkan saja nama orang tersebut. Mari kita sebut saja dia “ihir”. Nah si ihir ini punya bau badan yang udah Go Internasional dah. Padahal dia cewek loh. CEWEK. C-E-W-E-K. sebelumnya saya sudah pernah mendengar cuap-cuap aduhai dari beberapa temen  yang pada komplen kalo duduknya sebelahan sama si ihir. Rasanya mabok-mabok gimanaa gitu! Dan kali ini saya membuktikannya sendiri sodarah-sodarah. Beginilah kisahnya.. (cailaaah)

Kemaren saya kuliah dari jam setengah empatos sampe jam enamos lewat liba belas menitus. Karena saya datengnya telat, dengan tralala trilili saya langsung duduklah di sebelah kanan partner in crime saya, si Jojo (nama disamarkan). Dalam sekejap mata ketika saya membuang pantat saya di atas kursi, terciumlah wangi-wangi yang membikin murka hati. Saya moncong-moncongin muka saya kesana kemari mencari sumber bau hingga muka saya mendarat ke ketek si jojo. Tapi sejauh ini pencarian saya nihil. Si jojo yang gak wangi itu memang saya akui juga tidak pernah bau. Singkat kata, pencarian saya berakhir sudah. Saya telah menemukan sumber bau itu. Jeng jeng jeeeng.. Bau itu bersumber dari orang yang duduk persis di depan biji mata saya. Ya si ihir itu lah. Tak salah lagi. Saya bisikin lah ke si jojo dan ah sialnya, dia juga mencium bau yang sama. Sepanjang kuliah berlangsung ya kami cuma bisa gelisah nutup-nutupin idung, ngipas-ngipasin muka, saya aja udah narik kursi saya beberapa senti ke belakang dengan maksud biar agak legaan dikit. Tapi gak membantu banyak. Saya sumpel lah ni lubang idung pake tissue. Tapi akhirnya mangap-mangap lah saya.

Jojo bilang dia jadi gak konsen. Saya juga (padahal bau gak bau tetep aja saya gak pernah konsen), hihi. Saya bilang saya udah mabok sekali karena duduk persis di belakang si pelaku. Jojo gak mo terima. Dia bilang dia yang lebih mabok. Serta-merta dikeluarkannya dalil yang menggunakan teorema pemantulan angin yang terilhami dari teorema Pythagoras (heh?). Saya langsung mati kutu!


Si ihir ini sebenernya tipe cewek yang  taat beribadah. Saking taatnya dia menganut paham segala jenis alkohol itu haram, termasuk parfum/deodorant juga haram karena ada alkohol-alkoholnya gitu (penilaian subjektif saya). Maksud hati ingin jadi muslimah yang baik dengan tidak memakai benda-benda itu, tapi doi malah secara gak langsung udah turut serta dalam mendzalimi orang-orang di sekitarnya. Gimana tuh? Ah, paniang kapalo awak.

Kalo saya sendiri sih, mending pake deodoran daripada dijauhi teman (keren ya jadi berima gini kalimat saya..)
Hihihihiihi^^

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

:'(

Kadang saya pikir, kamu tidak benar-benar mengerti saya..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tanganmu, Mak

Mak, kini subuh datang lagi. Suara-suara di masjid itu bikin saya kangen suasana rumah, kangen berjamaah shalat subuh sama emak. Entah sudah berapa banyak subuh yang saya lewati seorang diri di kamar kos sempit ini. Rindu rasanya melihat emak dalam balutan mukena usang, wajah emak yang keriput terlihat teduh, tapi emak tetaplah emak saya yang tercantik, secantik saat emak pergi mengambil rapor saya kelas dua SMP dulu. Dan teman-teman saya bilang, emak cantik. Tentulah, dari mana mereka pikir kecantikan ini bisa saya wariskan? Hahahahah PLAKK!

Mak, saya baru saja selesai sahur. Semalam jam sembilan, pergilah saya beli nasi dan sepotong daging yang ternyata sangat keras dan tak bisa saya kunyah. Tapi saya makan juga subuh ini mak, semoga bisa mengganjal perut saya supaya tidak rewel hingga tiba waktu maghrib. Ah, emak pasti tahu inti pembicaraan ini. Benar sekali mak, saya kangen masakan emak. Biar kata orang bilang masakan padang masakan paling enak di dunia, dan alih-alih bahkan ada yang bilang masakan padang buatan tangan ibunya adalah yang terlezat di dunia, saya lebih baik pura-pura tersenyum saja. Terserah lah apa mau dia cakap. Masakan emak sudah barang tentu selalu punya tempat tersendiri di hati saya. Lebih dari 33 tahun emak habiskan di dapur untuk memasak semua yang di-request ketujuh anak-anak emak, segala eksperimen sudah emak coba untuk menghasilkan menu-menu baru yang tak pernah ada dalam buku resep manapun. Ini mak, saya punya dua jempol tangan dan dua jempol kaki untuk menunjukkan kebanggaan dan kekaguman saya pada emak. empat jempol dikalikan tujuh orang anak plus satu orang suami, lengkaplah 32 jempol yang didedikasikan khusus untuk emak, karena kami bangga akan kehebatan emak bereksperimen di dapur ^,^)/

Mak, percayalah saya sedang tidak menggombal. Suara-suara di masjid ini benarlah membuat sesuatu di balik dada saya terasa sesak. Saya rindu emak. Rindu suara berisik ketukan irama cobek emak yang kadang terdengar samar ketika saya masih setengah terlelap. Suara itu menimbulkan rasa damai pada akhirnya, rasa damai karena saya tahu dari saya bangun pagi hingga tertidur kembali di malam hari, saya selalu mendapati emak ada di rumah. Ada di dapur, di ruang kerja emak selama berpuluh tahun. Bosankah emak? Mungkin iya. Tapi apa peduli emak? Yang penting emak selalu bisa menyediakan segala hal terbaik untuk suami dan anak-anak dengan tangan sendiri, dengan keringat sendiri. Bukan begitu mak? Tak perlu emak bersedih hati karena emak cuma lulusan setingkat SMA, tak perlu emak bersedih hati karena emak tak pernah tahu bagaimana rasanya jadi sarjana, tak perlulah emak minder dengan ibu-ibu lain di dunia ini yang tampil cantik dalam setelan warna-warni setiap pagi, bersiap untuk berangkat ke kantor. Jangan emak gusarkan hal itu, mak. Emak tahu? Peluang emak untuk mendapatkan surga adalah lebih besar dari wanita-wanita lainnya. Karena dengan tangan emak sendirilah emak besarkan anak-anak yang bisa pergi hingga ke luar negeri, tangan emak yang selalu mencuci dan menyetrika sendiri baju-baju kami tanpa pernah menggunakan jasa pembantu, tangan emak yang menyajikan menu lezat lagi bergizi yang selalu tersaji di atas piring-piring kami 4 kali sehari. Tangan emak yang masih lincah menuliskan rumus-rumus matematika untuk kami hafalkan, supaya kami bisa terus berprestasi, supaya kami menang lomba murid teladan, menang lomba cerdas-cermat, menang olimpiade fisika dan matematika. Saya tidak, tapi kakak-kakak saya telah membawa pulang deretan piala untuk buat emak tersenyum, emak memang pantas mendapatkan semua kebanggaan.

Jadi mak, emak sekarang mengertilah bahwa tangan emak adalah tangan emas. Dan saya rindu tangan emas milik emak yang sering saya cium selepas subuh berjamaah, tangan emak yang wangi aneka rempah-rempah. Saya tak peduli ada wangi apa di situ, saya tak peduli karena emak tak mengerti apa itu parfum bernama calvin klein, bulgari atau paris Hilton, yang saya tahu persis adalah wangi tangan emak yang khas itu, semoga bisa menghantarkan emak untuk mencium wangi surga kelak. (Aamiin)..

Emak, biar saya kutip kata-kata Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas. “Maukah kuberitahu kepada kalian tentang istri-istri kalian yang termasuk penghuni surga? Yaitu perempuan yang mencintai suami, mempunyai banyak anak, dan selalu meminta maaf kepada suaminya”. Hmmm, saya tahu persis emak saya yang cerdas ini bisa menganalisanya sendiri, bukan?

Kembali lagi soal rasa rindu saya padamu, mak. Saya rindu masakan emak. Saya rindu mencium tangan emak. Saya rindu senyum tulus emak. Saya rindu semua petuah dari mulut emak. Tapi terlebih dari itu semua, saya rindu untuk membuat emak bahagia. Bahagiakah emak kini? Jika masih belum, saya akan menyempurnakannya, mak. Saya janji. Pada diri saya sendiri ;)

Hehehehehee ;) ;)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

padamu yang kupanggil 'Juba'


Jika saya bilang bahwa saya mengerti, itu bisa saja tidak sepenuhnya berarti demikian, karena saya tak pernah benar-benar merasakan apa yang saat ini kau rasakan. Jika saya bilang saya tahu, itu karena saya hanya berusaha menempatkan diri saya pada situasi yang tengah kau alami, saya coba telusuri jejak-jejak kesedihan di hatimu, dengan begitu barangkali saya bisa merasa sedikit bersyukur karena hidup saya adalah lebih baik dari hidupmu. Dan saya tetap berusaha menguatkanmu, sebisa yang saya mampu.

Mungkin kau telah lupa bagaimana nikmatnya masakan ibumu sendiri, karena belasan tahun telah berlalu dari saat ibumu meninggalkanmu tanpa rasa berdosa di kota asing ini. Saya berandai-andai jika saja saya menjadi dirimu, mungkin perempuan itu adalah perempuan yang paling saya benci di dunia ini. Bagaimana mungkin seorang ibu mendurhakai anaknya sendiri? Bukankah yang ada dalam cerita hanyalah anak yang mendurhakai ibunya? Lalu mengapa ibumu sampai bisa demikian teganya?

Sudah terbilang lama rasanya saya menyukai pekerjaan mengamati perilaku manusia, perilaku orang-orang di sekeliling saya. Menarik rasanya menerka-nerka apa yang ada dalam batok kepala seseorang, berusaha menyelami pemikirannya, mempelajari gerak-geriknya mengapa sehingga dia bisa begini dan begitu. Mengapa kebanyakan dari mereka tampak berbeda dari apa yang kita lihat dari luar. Tapi ibumu, perempuan yang kau panggil ‘mama’ itu, saya tak punya satupun kalimat yang pasti untuk menjelaskan apa motivasinya meninggalkanmu, meninggalkan adikmu, membiarkan dua bocah yang bahkan belum genap sepuluh tahun usianya itu untuk hidup tanpa orangtua, tanpa mendapatkan pendidikan yang baik. Salah apa ayahmu sampai dia meninggalkan laki-laki berhati baik yang telah memberikannya kecukupan dari segi apapun?

Jelaslah terkadang dalam setiap sendirimu, saya tahu kau merindukannya meski kau berusaha mati-matian untuk menyembunyikan perasaan itu. Tapi saya paham, meski dulu tanpa sadar mungkin kau pernah menyebutnya ‘perempuan setan’, hatimu tak bisa menutupi bahwa kau membutuhkannya. Kau tetaplah seorang anak yang butuh hangatnya petuah dari mulut ibumu sendiri, kau butuh tempat bernaung, tempat kau membagi segala cerita sehari-hari yan terjadi di sekolah, kau butuh dirawat dengan sentuhan tangan penuh cinta dari seorang ibu ketika kau sedang tergeletak sakit. Bukankah begitu?

Kau tak perlu lagi menutup rapat-rapat jendela hatimu supaya tak ada satupun yang tahu kalau sebenarnya kau hanyalah manusia yang rapuh. Menangislah jika kau benar-benar ingin menangisi perempuan itu. Bukanlah sesuatu yang haram jika seorang anak menangis karena merindukan ibunya, ibunya yang bahkan ia sendiripun tak pernah tahu keberadaannya. Ibumu, di belahan bumi manapun ia berada kini, saya percaya dia pernah merasakan sesal telah menelantarkanmu, dan diapun pasti pernah merindukanmu walaupun hanya sedikit dari seluruh waktu yang telah kau habiskan untuk merindukannya. Itu pun memang kalau ia masih punya hati. Kau boleh bertanya apa saja pada saya, tapi tolong jangan pernah tanyakan mengapa dia tak mencarimu saat ini. Saya tak punya jawaban untuk itu.

Kau tahu? Seperti ada bom yang meledak di balik dada saya begitu kau mengirimi sebuah pesan yang bercerita tentang kerinduan pada ibumu. Kau bilang, tak ada saat bahagia bersama ibumu yang bisa kau kenang selain hanya perayaan ulangtahunmu saat kita masih TK dulu. Selebihnya tak ada. Dia telah meninggalkanmu di usiamu yang masih sangat kanak-kanak, dan kini yang tersisa hanyalah selembar akte kelahiran milikmu yang bertuliskan nama ibumu di sana. Hanya itu.. dan semua ini benarlah membuat air mata saya mengucur habis. Saya tahu saya tak punya kata-kata yang baik untuk paling tidak bisa menghiburmu dan menenangkan hatimu. Tapi kau perlu ingat, ibu saya adalah ibumu juga, padanya bisa kau ceritakan apa saja, bukankah ibu saya juga menyayangimu seperti anak kandungnya sendiri? Bersabarlah, doakan ibumu dimanapun ia berada saat ini, kelak Tuhan akan mengganti airmatamu dengan kebahagiaan. Itu janji-Nya pada kita.

Inna ma’al usri yusraa..
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Maka bersabarlah.. kau tak pernah sendiri. Ada saya, ibu saya dan kami semua yang selalu peduli padamu. Karena kami sayang padamu :’)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

envious


Saya selalu iri pada anak-anak. Menyenangkan rasanya jadi mereka. Diam-diam, setiap kali lewat di lorong kecil dekat tempat saya tinggal, saya selalu menguping pembicaraan mereka.

anak kecil 1: gambar love aja. Sini aku gambarin. Aku bisa loh gambar love.
Anak kecil 2: ih, apaan sih. Kita gambar rumah aja, ngapain gambar love? Kaya orang dewasa aja, masih kecil juga.
Anak kecil 3: iya nih, tauk! Masih kecil udah gambar-gambaran love. Gak boleh, itu buat orang yang udah pacaran.
Anak kecil 1: *murung*

Atau di lain kesempatan..
Anak kecil cewe: gak boleh lewat, gak boleh lewat.
Anak kecil cowo 1: *bengong*
Anak kecil cewe: yu nem is? Yu nem is?
Anak kecil cowo 1: ngomong apa sih lu?
Anak kecil cewe: itu bahasa inggris tauu..
Anak kecil cowo 2: iyaaa, itu bahasa inggris.
Anak kecil cowo 1: *nyengir*
Anak kecil cewe: yu nem is itu artinya nama lu siapa..
Anak kecil cowo 1: ohhh..
Anak kecil cewe: yu nem is?
Anak kecil cowo 1: rizqiiiiiiiiiiiiiiiii

Hmm.. pembicaraan anak kecil selalu menggelitik, polos, tak terduga.. setiap kali lewat di gang-gang sempit pada sore hari, saya selalu menemukan anak-anak kecil yang baru selesai mandi keluar dari rumahnya dengan bedak belepotan, tapi wajah riangnya tak bisa disembunyikan, yang mereka tahu setiap hari hanyalah bermain, bermain, dan tak ada yang lebih indah daripada bermain.
Rasa rindu saya membuncah pada masa kecil yang indah. Tangkai-tangkai lollipop, ranting-ranting pohon yang patah, biji buah guava, sepeda roda empat, warna-warni kuciran rambut, tungkai-tungkai yang lincah berlari, kembang api, boneka teddy, kesemua itu membuat saya beruntung pernah menjadi anak kecil, dan saya ingin kembali merasakannya.

Di saat saya ingin bersembunyi dari segala peliknya masalah hidup, saya tahu takkan pernah ada tempat yang aman bagi saya, kecuali jika saya bisa berubah menjadi anak-anak lagi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Verlegen

Saya suka sekali puisi ini <3


MALU (AKU) JADI ORANG INDONESIA

Ketika di Pekalongan, SMA kelas tiga
Ke Wisconsin aku dapat beasiswa
Sembilan belas lima enam itulah tahunnya
Aku gembira jadi anak revolusi Indonesia
Negeriku baru enam tahun terhormat diakui dunia
Terasa hebat merebut merdeka dari Belanda

Sahabatku sekelas, Thomas Stone namanya,
Whitefish Bay kampung asalnya
Kagum dia pada revolusi Indonesia
Dia mengarang tentang pertempuran Surabaya
Jelas Bung Tomo sebagai tokoh utama
Dan kecil-kecilan aku nara sumbernya
Dadaku busung jadi anak Indonesia

Tom Stone akhirnya masuk West Point Academy
Dan mendapat Ph.D dari Rice University
Dia sudah pensiun perwira tinggi dari U.S Army
Dulu dadaku tegap bila aku berdiri
Mengapa sering benar aku merunduk kini

II
Langit akhlak rubuh, diatas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza,
Berjalan aku di Dam, Champs Elysees dan Mesopotamia,
Disela khalayak aku berlindung dibelakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu Aku Jadi Orang Indonesia

III
Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu,
Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi berterang-terang curang susah dicari tandingan
Di negeriku, anak lelaki, anak perempuan, kemenakan, sepupu dan cucu dimanja kuasa
Ayah, paman dan kakek secara hancur-hancuran seujung kuku tak perlu malu,

Di negeriku komisi pembelian alat-alat berat, alat-alat ringan, senjata, pesawat tempur,
kapal selam, kedele, terigu dan peyeum dipotong birokrasi lebih separuh masuk jas safari,
Di kedutaan besar anak presiden, anak menteri, anak jenderal, anak sekjen dan anak dirjen dilayani seperti presiden, menteri, jenderal, sekjen dan dirjen sejati,
Agar orangtua mereka bersenang hati,
Di negeriku penghitungan suara pemilihan umum sangat-sangat-sangat-sangat-sangat jelas penipuan besar-besaran tanpa seujung rambut pun bersalah perasaan,
Di negeriku khotbah, surat kabar, majalah, buku dan sandiwara yang opininya bersilang tak habis dan tak putus dilarang-larang,
Di negeriku, dibakar pasar pedagang jelata supaya berdiri pusat belanja modal raksasa,
Di negeriku, Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah,
Ciumlah harum aroma mereka punya jenazah,
Sekarang saja sementara mereka kalah, kelak perencana dan pembunuh itu di dasar neraka
Oleh satpam akhirat akan diinjak dan dilunyah lumat-lumat,
Di negeriku, keputusan pengadilan secara agak rahasia dan tidak rahasia dapat ditawar dalam bentuk jual beli,
Kabarnya dengan sepotong SK suatu hari akan masuk Burja Efek Jakarta secara resmi,
Di negeriku rasa aman tak ada karena dua puluh pungutan, lima belas ini-itu tekanan dan sepuluh macam ancaman,
Di negeriku telepon banyak disadap, mata-mata kelebihan kerja, fotokopi fitnah bertebar disebar-sebar,
Di negeriku sepakbola sudah naik tingkat jadi pertunjukan teror penonton antarkota cuma karena sebagian sangat kecil bangsa kita tak pernah bersedia menerima skor pertandingan yang disetujui bersama,

Di negeriku, rupanya sudah diputuskan kita tak terlibat Piala Dunia demi keamanan antarbangsa,
Lagi pula Piala Dunia itu Cuma urusan negara-negara kecil karena Cina, India, Rusia dan kita tak turut serta,
Sehingga cukuplah Indonesia jadi penonton lewat satelit saja,
Di negeriku ada pembunuhan, penculikan dan penyiksaan rakyat terang-terangan di Aceh, Tanjung Priok, Lampung, Haur Koneng, Nipah, Santa Cruz dan Irian,
Ada pula pembantahan terang-terangan yang merupakan dusta terang-terangan dibawah cahaya surya terang-terangan,
Dan matahari tidak pernah dipanggil ke pengadilan sebagai saksi terang-terangan,
Di negeriku budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada,
Tapi dalam kehidupan sehari-hari bagai jarum hilang menyelam di tumpukan jerami selepas menuai padi

IV
Langit akhlak rubuh, diatas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza,
Berjalan aku di Dam, Champs Elysees dan Mesopotamia,
Disela khalayak aku berlindung dibelakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu Aku Jadi Orang Indonesia

 -Taufik Ismail-

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS