Segala
hal yg berkaitan dgn cewe itu kaya auto neraka aja gt ya. Cewe bersuara,
suaranya dblg aurat. Cewe memajang foto di sosmed dlm koridor yg paling sopan
sekalipun, ttp sj dibilang dosa. Dosa karena kalo ada cowo yg liat muka tu cewe
dan berimajinasi, otomatis cewenya berdosa. Yg punya pikiran jorok siapa, yg
berdosa siapa. Bgmn kalo kita balik? Cewe kalo ngeliat foto cowo dan
berimajinasi ttg cowo itu, cowonya yg berdosa. Nampaknya ini adil.
Rasa2nya
kita mengalami kemunduran dlm dekade terakhir ini. Terlalu banyak aturan yg
mengekang para perempuan, hanya agar bs turut menjaga syahwat laki2. Urusan
selangkangan lelaki menjadi tanggung jawab bersama kedua belah pihak. Karena
katanya, perempuan turut memberi andil utk memancing nafsu lelaki. Perempuan
hrs mengontrol pakaiannya, menjaga kehormatannya, merendahkan suaranya, supaya
lelaki aman dan tentram mengendalikan keliaran pikiran mereka. Betapa
superiornya kaum lelaki, dan betapa rendahnya kaum perempuan karena selalu
hanya dianggap objek. Jikapun terpaksa hrs disebut subjek, merekalah subjek
penggelitik saraf2 keberingasan lelaki. Apa2an coba?! Jika mengatur pikiran dan
selangkangannya sendiri sj lelaki tak becus, apa bedanya mereka dgn (maaf)
hewan buas?
Sebagai
org yg begitu berdosa dan berjarak terlalu jauh dari gelar keukhtian, saya
sangat percaya Allah begitu memuliakan perempuan. Meninggikan derajatnya.
Meletakkan keistimewaan padanya utk bisa merasakan hebatnya gejolak datang
bulan, hingga taraf hamil-melahirkan-menyusui yg tentu sj tak bisa dirasakan lelaki.
Dgn rekayasa teknologi plg canggih sekalipun. Bahkan rasa nyeri yg dialami
ketika haid sj bisa mnjd penggugur dosa2. Maka plis jgn lg ada yg blg perempuan
itu para pendosa. Seperti lelaki tak punya dosa sj. Betapa spesialnya kita sbg
perempuan. Dan sudah seharusnya sesama perempuan itu saling menguatkan dan
mendoakan. Bukan saling mengkafir-kafirkan. Bukan yg satu merasa diri lebih
surgawi atas yg lainnya.