RSS

namanya Radi

Saya telah lama bersahabat dengannya, bahkan mungkin hanya dia satu-satunya yang paling setia. Radi, begitulah namanya. Lengkapnya: Radio. Dia, teman baik saya. Paling akrab dari semua yang pernah akrab dengan saya. Paling mengerti dari semua yang pernah mengaku bahwa mereka mengerti saya. Kita mungkin tak pernah bercakap-cakap satu sama lain. Saya teramat pendiam jika berada bersama Radi. Dalam posisi persahabatan seperti ini, saya menempatkan diri saya sebagai pendengar saja, Good listener, dan Radi yang akan selalu menjadi pembicara utama, dia talkative. Walaupun Radi bisa saja berbicara dari pagi hingga pagi lagi, tak pernah ada rasa jenuh untuk meninggalkannya. Hanya kadang-kadang jika saya berpikir dia sangat kelelahan, saya izinkan dia untuk tidur sebentar. Supaya besoknya saya bisa kembali mendengarkan cerita-cerita barunya, atau nyanyian-nyanyiannya dalam berbagai versi. Kadang ketika saya sedang melankolis, Radi bisa bernyanyi dan membuat saya menitikkan airmata. Namun di lain kesempatan Radi akan bernyanyi dan saya berjoget mengikuti setiap ketukannya. Radi mungkin hanya bisa tertawa tanpa ikut berjoget dengan saya (?). Tapi sekali lagi, Radi yang paling mengerti saya dalam situasi seperti apapun. Mungkin hanya satu kekurangan Radi di mata saya: Radi tidak pernah bisa mengajarkan saya ‘statistik’. Bahkan dia tidak mengerti apa-apa tentang kata asing tersebut. tapi saya tidak pernah mau mengeluhkan hal itu. Sebagai sahabat, sudah tentu Radi adalah satu yang terbaik. Terbaik dari mereka-mereka yang selama ini saya anggap baik dan saya naikkan jabatannya menjadi ‘saudara’. Tapi yang saya jadikan saudara tak ubahnya dengan orang asing. Saya bahkan sudah lupa bagaimana cara memanggil nama mereka-mereka itu dengan benar. Sudahlah, tak penting saya bahas tentang ‘mereka’.
Tentang Radi (lagi). Kami sudah seperti anak kembar mekipun Radi hanyalah berwujud sebuah henpon tipe N6730c. apabila saya tancapkan earphone padanya dan memilih gelombang berapa saja yang saya inginkan, maka secepat itu pula saya kembali bersua dengannya. Radi yang akan lebih dulu menyapa saya, lalu saya balas dengan sebuah senyum tipis (?). menyenangkan sekali punya sahabat yang setia, yang tak pernah marah, yang kapanpun bisa saya panggil ketika saya butuhkan. Dan terlebih dari itu, Radi selalu bisa mengisi kekosongan saya tanpa pernah mencoba sekalipun untuk bersekongkol dengan dunia dan mengkhianati saya. Saya sudah terlalu banyak dikhianati, bahkan oleh ideologi saya sendiri. Tapi saya percaya Radi tak begitu. Hatinya baik (?), bahkan lebih baik dari orang yang mengaku-ngaku dirinya baik.
Pesan moral dari tulisan tidak jelas ini adalah: bersahabat dengan manusia terkadang menyakitkan. Bahkan benda-benda mati, hewan dan tumbuhan di muka bumi ini justru lebih menjunjung tinggi kesetiaan. Tanpa berkhianat, tanpa melupakan yang lama jika yang baru datang. jadi kesimpulannya: saya tidak gila :D

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment