RSS

Menawar Arti Sebuah Persahabatan

Orang yang dulu kamu panggil sahabat, yang dulu sepulang sekolah bersamanya berteduh ramai-ramai di dalam satu payung, yang dengannya kamu menghabiskan istirahat di kantin sambil makan singkong goreng pake sambal, yang saat dia mengikuti lomba paduan suara, tepuk tanganmu yang paling keras, kamu menjadi paling pertama yang akan selalu memberi dukungan. Di sana, waktu pekan olahraga antar kelas, kamu berdiri di pinggir lapangan voli sambil berteriak sekencang mungkin saat sahabatmu men-serve bola.. di waktu libur kalian memasak bersama, membuat rujak atau cake, menggoreng tempe atau mengaduk sebaskom kelapa muda dicampur susu.

Ada saatnya berboncengan naik sepeda, merayakan ulangtahun bersama, saling tukar kado di hari-hari spesial, membeli T-shirt murahan bermotif senada untuk dipakai bersama di acara piknik sekolah. Saling berbagi dan mencicipi makanan dalam kotak makan yang dibawa dari rumah masing-masing, berenang dan memancing, berbagi ilmu menjelang ujian nasional, saling mencontek saat ulangan.

Kamu dan sahabatmu punya sebuah buku bernama diary yang ada gemboknya. Lalu kalian saling bertukar diary, membaca isi hati masing-masing dan menyimpannya untuk kalian sebut sebagai rahasia persahabatan. Tentang apa yang kamu benci, tentang apa cita-citamu, tentang siapa lelaki yang kamu sukai diam-diam, tentang lagu-lagu westlife favoritmu dan para sahabatmu.

Pernah kamu dan sahabatmu menyukai lelaki yang sama, tapi tak lantas saling berebutan. Kalian tahu perasaan suka hanyalah sebatas di hati. Belum saatnya untuk bicara soal memiliki. Terkadang menyukai dalam diam bukanlah hal yang menyedihkan. Karena itu kalian menikmati apa yang dinamakan mengagumi, tanpa harus berlebihan, tanpa harus kecentilan. Belakangan saat dewasa kalian mengerti, mengagumi tak selalu berarti mencintai. Sederhana sekali..

Dulu ada sepotong kalimat “Friendship Forever” yang selalu kalian ukir di mana saja. Di belakang buku catatan pelajaran, di buku harian, di batang pohon, di atas pasir waktu bermain di pantai, terlebih di hati kalian masing-masing. Selalu ada bahu untuk menjadi sandaran, selalu ada tangan untuk memberi kekuatan, selalu ada tawa untuk memberi penghiburan, selalu ada harapan untuk membuat mimpi jadi kenyataan. Tak ada tawar-menawar jika bicara soal persahabatan.




Waktu-waktu berlalu, masing-masing dari kalian mengejar garis hidupnya sendiri-sendiri. Kamu, dia, mereka, semua berpencar ke kota yang berbeda-beda. Jarang berjumpa, jarang bertegur sapa, bahkan meluangkan waktu untuk menelpon pun rasanya tak sempat. Hanya sesekali ada rindu yang menjalar lalu berbasa-basi, “apa kabar?”. tapi kadang membalas sms pun membuat ragu. Apakah semua masih sama? Bukan apa-apa, satu dari sahabatmu ada yang bilang, tidak tahu lagi harus bertukar cerita tentang apa. Merasa canggung, merasa tidak senyaman dan se-lepas dulu. Sebegitunya-kah?

Semakin bertambah dewasa, nilai-nilai persahabatan tak lagi mengental, tak lagi seerat saat berusia belasan. Dulu, siapa yang berani menawar arti persahabatan? Itu harga mutlak, kawan! Kini waktu menelan segala kebersamaan. Berada di tempat yang berbeda, berada dalam rutinitas yang berbeda, berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda, semua itu bisa membuat hati manusia berubah. Maka kamu dan sahabatmu hanya bisa saling percaya bahwa masing-masing dari kalian akan selalu baik-baik saja. Dan jika mungkin, sesekali akan ada dua pasang kalimat di jejaring sosial yang saling berbalas. “miss you” dan “miss you too”. Itu saja yang bersisa. Tenggelam bersama doa di hati para pemilik “friendship forever”, semoga Tuhan selalu memberikan  hal terbaik dalam hidup kalian.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment