Birokrasi, tak ubahnya partai
politik. Sama-sama busuk. Keduanya bisa jadi memiliki wajah sendiri-sendiri,
tapi pada akhirnya membuat saya lebih dari mengerti untuk kemudian mengobarkan
api kebencian. Ah ralat. Barangkali terlalu ekstrim menggunakan terminologi benci. Maka saya ganti saja dengan kata muak. Ya, karena saya sangat muak pada
segala sistem yang membuat saya mau tidak mau harus tunduk dan bertekuk lutut. Ujung-ujungnya
tanpa bisa bernego dengan bagian diri saya yang lain, saya mendadak jadi
hipokrit.
Melansir kata-kata Faisal Basri,
jika birokrasi diumpamakan sebagai ikan, maka ia busuk di bagian kepala. Saya
sepaham, sebab berkecimpung sebagai salah satu anak magang di instansi
pemerintahan membuat saya disadarkan, akan selalu ada permainan kotor yang
dimainkan para pemegang kuasa. Dan kita sebagai ekor, hanya bisa mengikuti apa
yang kepala perintahkan sembari menahan keinginan untuk memberontak. Dilematis
memang.
Demi Tuhan, begitu banyak permainan-permainan
lucu yang dimainkan dengan apik oleh para aktor pemerintahan. Sungguh saya
lelah menjadi penonton. Bagaimana jika suatu saat nanti saya bosan dan memilih
mengganti channel? Atau memutar haluan kapal? Atau muncul tiba-tiba sebagai spider
(wo)man? Entahlah, saya hanya belum bisa memutuskan.
0 comments:
Post a Comment