Terharu. Cuma kata-kata itu yang saya punya ketika melihat
banyaknya berita yang berseliweran tentang Bambang Hartono. Saya bangga, bangga
dan kagum setengah mati melihat sosok berusia senja yang gagah berani membela
negara. Orang terkaya di Indonesia, kakek pemilik perusahaan Djarum, pemilik
beberapa mall elit, pemegang saham BCA, dengan begitu rendah hatinya menerima
hadiah dari presiden yang hanyalah sepersekian dari seluruh harta kekayaannya.
Beliau, yang keturunan tionghoa itu, tersenyum penuh arti
memegang buku tabungan Britama berisikan sebaris angka, sembari menunjukkan
medali perunggu yang diraihnya dalam ASIAN GAMES 2018 untuk cabang olahraga
bridge. Bagaimana bisa saya tak menguraikan air mata? Di detik itu juga saya
merasa hina sehina-hinanya.
Di usia sesenja itu, dengan pencapaian hidup yang luar biasa
tak terkira, dengan kekayaan yang tiada habisnya, beliau sadar bahwa tak semua
hal di dunia ini terbeli dengan materi. Adalah prestasi, Adalah pengabdian pada
negeri, hal yang ingin beliau beri sebelum ajal memanggil beliau kembali.
Mungkin saat ini semua orang bisa membuka matanya
lebar-lebar. Bahwa tak masalah berapapun usia ada, dari ras atau agama manapun,
semua orang punya kesempatan yang sama untuk berbuat sesuatu untuk tanah air. Dan
lagi, tanpa kerendahan hati dan sikap saling menghargai, kita semua tak lebih
dari sekedar sampah-sampah bernyawa yang berserakan mengotori negeri ini.
Saya belajar banyak dari kakek Hartono. Pelajaran-pelajaran
hidup yang tak terjabarkan lewat satu-dua bait kata-kata. Tidak pernah ada kata
terlambat untuk meraih mimpi, untuk mengukir prestasi, untuk menunjukkan jati
diri, untuk berbuat lebih dan lebih lagi bagi ibu pertiwi.