RSS

Sejuta Ria

Puluhan orang dengan nama Ria datang dan pergi dalam hidup saya. Tak banyak yang saya ingat. Teman SD, teman sepengajian, sepupu, teman kampus, Ria dan begitu banyak Ria-ria yang lain. Saya tidak tahu apa latar belakang para orang tua memberi nama Ria kepada anaknya. Bermacam-macam Ria dengan diikuti awalan, akhiran, sisipan, seperti Astria, Maria, Masria, Riani, Rianda, Mariana, Badria, dan sebagainya. Di kampus saya bahkan ada beberapa yang memiliki nama Ria, tapi Ria yang akan saya ceritakan ini berbeda. Memang benar-benar berbeda dari semua Ria yang pernah saya kenal (halah)!
Saya mengenalnya dengan sangat tidak elegan pada 2008 silam di tempat fotokopian. Kecil, semigendut, potongan rambut Dora The Explorer (rambut kami hampir sama ;p), dan mata yang selalu melotot, itu kesan pertama saya. Kami kenalan dengan, sekali lagi, Sangat Tidak Elegan karena mulanya saya berniat meminta kertas arturo miliknya (atau apalah saya lupa) untuk membuat suatu keperluan terkait dengan ospek kampus yang sangat tidak jelas itu. Kamipun kenalan, dengan culunnya tentu saja.
Sesingkat itulah waktu telah membawa saya dan wanita yang belakangan baru saya ketahui memiliki semacam kelainan pada otak kanannya itu (baca: suka berfantasi ;p) menjalani kebersamaan yang aneh namun terkadang indah. tak perlu banyak kata untuk menjelaskan bahwa sebenarnya Ria adalah seorang sahabat yang baik. Baik dengan cara dan gayanya yang selalu nyentrik. Tapi rasanya begitu menyenangkan bisa mengenal orang seperti dia yang selalu bisa mengimbangi kegilaan saya, selalu bisa ikut berfantasi dalam dunia yang mungkin hanya kami berdua saja yang bisa memahaminya, selalu menjadi partner saya untuk tabok-menabok, dan terlebih dari itu kami sama-sama bisa menjadikan suatu hal yang biasa menjadi tidak biasa dan ganjil lalu menertawakannya sampai lupa diri. Bagi saya itu sesuatu yang tidak akan pernah bisa saya beli.
Saya tidak tahu mengapa Tuhan begitu pemurah selalu menyatukan saya dan Ria di kelas yang sama meskipun bisa jadi Ria selalu mengikuti saya (pergi lu!). waktu tingkat pertama kami di kelas 1F, tingkat kedua di kelas 2A, dan entah kenapa saat memilih jurusan Statistik Sosial Kependudukan untuk tahun ketiga kamipun ditempatkan di kelas yang sama, 3SK1. Suatu kebetulan yang selalu saya syukuri. Karena Ria selalu bisa memaklumi saya yang lamban dan tidak cukup pintar (bego yang diperhalus) dalam memahami materi-materi perkuliahan yang membosankan. Dia tidak pernah menjauhi saya dengan alasan yang mungkin bisa dilakukan oleh siapa saja. Tapi saya tahu Ria tetaplah Ria yang saya kenal selama hampir tiga tahun ini. Ria yang gila, ceria, pintar, dan selalu duduk bersebelahan dengan saya di deretan bangku kedua atau ketiga di ruang manapun untuk mata kuliah apapun (hampir selalu begitu).
Mungkin suatu hari di masa depan nanti saya akan mengenang ini semua. Tentang kebersamaan saya selama masa kuliah bersama seorang perempuan dengan keterbelakangan mental seperti Ria. Mencontek PR bersama, menyambangi Rumah Makan Padang untuk memuaskan kegilaan kami menyantap rendang, keliaran sana-sini di hari-hari menjelang ujian untuk minta diajarkan mata kuliah pemrograman yang kami benci, mengerjai teman-teman sekelas, dan segala hal yang membuat kami cekakak-cekikik sambil saling cekik-mencekik akan selalu saya rindukan. Terimakasih Ria, untuk persahabatan ganjil ini. saya sangat bahagia, semoga kamu juga begitu :’)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

2 comments:

ria said...

AHAHAHAHAH... CURANG BANGET NIH ANAK PILIH POTO YANG WAJAH GADIS TERNATENYA KETUTUPAN! GAK ADA POTO LAEN APA??!
EH EH, EMANG SITU PERNAH IKUT PENGAJIAN APA? PASTI HANYALAH PIKTIP BELAKA

Elvira Kiat said...

Cih! diem atau mati! :P

Post a Comment